InfoMalangRaya.com—Penasihat Grand Syaikh Al Azhar, Mesir, Dr Nahla Shabry As-Sha’idy mengunjungi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah, sebuah pondok pesantren ormas Muhammadiyah di Yogyakarta.
Tujuan dari kegiatan ini adalah bersilaturahmi dan berdialog langsung dengan perwakilan siswi, guru dan karyawan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Kedatangan kedua ini didampingi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah serta jajaran dan turut hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 Din Syamsuddin.
Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Unik Rasyidah berbahagia dengan kunjungan Prof. Nahla yang kedua kalinya ini. Pasalnya Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta telah bekerjasama dengan Prof. Nahla dalam Arabic Camp yang dilakukan setiap tahun di Mesir yang salah satu agendanya adalah belajar Bahasa Arab di Markaz Tathwir.
“Motivasi untuk kami semua untuk belajar Bahasa Arab. Tentu akan menjadi pembelajaran yang baik bagi seluruh siswi. Bagaimana perempuan itu harus memiliki ilmu, dan dengan ilmu itu maka akan memiliki peran yang banyak bagi bangsa, negara dan agamanya. Kedatangan beliau memberikan motivasi, serta semangat belajar Bahasa Arab dan menjaga semangat siswi,” kata Unik.
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah mengatakan kedatangan yang kedua ini adalah tepat 1 tahun yang lalu menyambut kedatangan di Indonesia. Sebagai representatif dari ‘Aisyiyah, Salmah mengaku sangat berbangga dengan hadirnya Nahla sebagai perempuan yang menjadi Grand Syaikh di Al Azhar, tentunya memajukan perempuan di dunia.
‘Aisyiyah sebagai organisasi modern perempuan terbesar di Indonesia juga menjadikannya sebagai rujukan pemikiran. ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah sudah terjalin sangat lama dengan Al-Azhar, terutama tentang moderasi atau wasatiyah.
“Tentunya pandangan ‘Aisyiyah tentang perempuan juga terinspirasi oleh Dr. Nahla. Kerjasama di bidang pendidikan kami harapkan juga untuk terlaksana, selain itu juga publikasi riset jurnal bisa dilakukan dalam hal peningkatan karya tulis ilmiah”, jelas Salmah.
Din Syamsuddin menekankan kepada seluruh peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Misalnya dengan berdialog langsung, memperdalam Bahasa Arab atau menjalin kerjasama. Selain itu, Din juga menyarankan untuk mengenalkan aktivitas Muhammadiyah dan untuk memastikan kerjasama antara Al Azhar dengan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah dalam berbagai bidang.
Sementara Prof. Nahla menyampaikan rasa syukur dan bangga karena kehangatan yang dibangun masih sama terasa seperti kedatangan yang pertama. Beliau menuturkan bahwa Al Azhar sangat terbuka atas kesepakatan dengan Lembaga-lembaga pendidikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sampai saat ini ada 37 negara yang ada umat Islam di dalamnya yang sudah melakukan kerjasama dengan Al Azhar.
Selain menjadi Penasihat Grand Syaikh Al Azhar, Prof. Nahla adalah Dekan Fakultas Studi Islam Al Azhar sekaligus Direktur Markaz Tathwir (Pusat Pengembangan Pelajar dan Mahasiswa Asing Al Azhar). Ia juga menjadi salah satu dari 50 Perempuan Paling Berpengaruh di Mesir. Nahla dinilai telah memberi kontribusi luar biasa dalam pengembangan proses belajar mahasiswa asing di Al Azhar dan berhasil menjadi figur pemberdayaan perempuan di Mesir.
“Sangat membuka kerjasama dalam berbagai bidang. Harapannya ada utusan khusus dari Muhammadiyah atau ‘Aisyiyah atau pelajar di bawah bendera Muhammadiyah di Indonesia yang bisa belajar di Al Azhar,” paparnya.
Al Azhar tidak hanya membuka pelatihan bahasa tetapi menyediakan fasilitas lain untuk belajar. Selain pendidikan, Al Azhar juga berkiprah bidang kesehatan dan anak yatim.
“Membuka diri dan membangun kerjasama. Orang Islam harus bisa Bahasa Arab. Memfasilitasi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia untuk mempelajari Bahasa Arab. Sangat berharap sekali, pertemuan ini tidak hanya malam ini tapi bisa diperluas di bidang lain”, pungkasnya.*