Pendiri Telegram Bilang Terpaksa Pindah ke Dubai dan FBI Minta Dibuatkan ‘Pintu Belakang’

admin 22 Views
4 Min Read

InfoMalangRaya.com– Pavel Durov mengaku terpaksa memboyong dirinya dan media sosial Telegram ke Dubai karena mendapatkan tekanan dari Rusia dan mengatakan bahwa salah satu programmernya dirayu FBI untuk membuat ‘pintu belakang’ masuk ke platformnya, dalam wawancara langka dengan jurnalis ternama Amerika Serikat Tucker Carlson.
Durov mengatakan dia meninggalkan Rusia menuju Dubai pada 2017 supaya tidak terjebak dalam pertempuran politik, setelah Kremlin memaksa untuk menyerahkan data pribadi para pengunjuk rasa pro-demokrasi Ukraina 2013.
“Saya lebih memilih untuk bebas daripada menerima perintah dari siapapun,” kata Durov, dalam wawancara selama satu jam yang diunggah di kanal YouTube Carlson hari Rabu (17/4/2024) seperti dilansir The Moscow Times.
Selama demonstrasi massal 2011-2012 yang memprotes pemilu legislatif Rusia yang dianggap ‘dicurangi oleh rezim’, Durov mengatakan dirinya menolak perintah dari penguasa untuk melumpuhkan komunitas oposisi di VKontakte, platform media sosial mirip Facebook yang ikut didirikannya pada 2007.
Durov lebih lanjut mengatakan bahwa pada 2013 Rusia meminta hal serupa semasa aksi protes Euromaidan yang dilakukan oleh orang Ukraina.
“Respon kami kala itu, ‘Tunggu dulu , ini negara lain. Kami tidak akan mengkhianati para pengguna Ukraina karena Anda meminta kami untuk melakukannya,” kata Durov kepada Carlson. “Kami memutuskan untuk menolak dan keputusan itu juga mengecewakan bagi pemerintah Rusia.”
Tekanan-tekanan dari Kremlin itu membuatnya harus memilih untuk tunduk atau mundur dari jabatan CEO Vkontakte dan hengkang dari Rusia.
“Saya memilih yang terakhir,” kata Durov, yang berpindah-pindah tempat ke Berlin, London, Singapura dan San Francisco — di mana dia pernah jadi korban perampokan setelah bertemu dengan mantan CEO dan pendiri Twitter Jack Dorsey — sebelum akhirnya bermukim di Dubai.
VKontakte kemudian jatuh ke tangan kendali para miliarder yang dekat dengan Kremlin, dan sekarang dipimpin oleh putra dari salah satu orang dalam Kremlin.
Durov menampik kekhawatiran bahwa Telegram, yang sangat populer di negara-negara berbahasa Rusia, dikontrol oleh negara Rusia dan mengatakan bahwa para kompetitornya di Barat sengaja menebarkan rumor itu karena takut dengan perkembangan pesat Telegram.
Dia juga mengklaim bahwa FBI berusaha secara diam-diam merekrut seorang staf yang ikut menggarap Telegram supaya membuat backdoor, pintu belakang rahasia untuk masuk ke platform Telegram saat kunjungannya terakhir belum lama ini ke Amerika Serikat.

Dakwah Media BCA – Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Durov memperkirakan bahwa Telegram, yang sekarang memiliki 900 juta pengguna aktif, akan melampaui 1 miliar pengguna bulanan aktif dalam kurun satu tahun. Aplikasi yang mengklaim sebagai alat komunikasi yang aman itu tidak menggunakan  end-to-end encryption.
Wawancara dengan Durov itu menandai debut kanal Telegram untuk Tucker Carlson Network.
Tucker Carlson memiliki karir panjang sebagai jurnalis televisi di Amerika Serikat. Dia pernah bekerja untuk CNN, PBS, MSNBC dan Fox News mulai 2009 sampai 2023 ketika dipecat. Pada bulan Februari, Carlson mewawancarai Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, tindakan yang tidak akan pernah dilakukan oleh kebanyakan jurnalis media arus utama Barat.*

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version