InfoMalangRaya.com– Mahkamah Tinggi Malaya memerintah penceramah populer Malaysia Firdaus Wong menghapus video yang menampilkan dirinya memberikan saran supaya keislaman seorang anak dibawah umur non-Muslim dirahasiakan dari orangtuanya dan saudara-saudaranya.
Perintah itu dikeluarkan sementara pengadilan masih memproses gugatan yang dilayangkan oleh delapan orangtua non-Muslim terhadap penceramah terkemuka di kalangan anak muda Malaysia itu.
Menurut laporan Free Malaysia Today Senin (1/12/2024), hakim Amarjeet Singh mengatakan video tersebut melanggar Pasal 12(4) dari Konstitusi Federal, yang menyatakan bahwa agama seorang anak di bawah usia 18 tahun ditentukan oleh orangtuanya atau walinya.
Mahkamah juga memerintahkan Firdaus Wong untuk membayar RM5.000 sebagai biaya yang dikeluarkan oleh penggugat dan menetapkan persidangan perkara itu akan digelar pada 29 Maret 2025.
Pihak pengacara Firdaus Wong menyampaikan kepada majelis hakim bahwa video TikTok dimaksud, yang muncul pada bulan Juni dan kemudian viral dan berujung pada sejumlah pengaduan ke pihak kepolisian, sudah dihapus sebelum persidangan kemarin.
Para penggugat, yang diwakili oleh pengacara M Visvanathan, V Pushan, dan V Sanjay, meminta supaya majelis hakim mengeluarkan keputusan sela berupa perintah supaya di masa mendatang Firdaus Wong membuat pernyataan serupa.
Penceramah peranakan Tionghoa itu membantah tuduhan yang disampaikan kubu penggugat, tetapi polisi memproses kasusnya dengan Pasal 505(c) KUHP untuk pernyataannya yang diduga menimbulkan keresahan di dalam masyarakat.
Menurut rekaman video yang viral, Firdaus Wong dalam sebuah acara ditanya oleh seorang pria (yang kabarnya adalah seorang guru sekolah) tentang bagaimana caranya menghadapi anak remaja dari keluarga non-Muslim yang berminat untuk masuk Islam. Firdaus dalam salah satu poin paparannya mengatakan bahwa keislaman anak tersebut hendaknya tidak diberitahukan atau disembunyikan dari orangtuanya dan saudara-saudaranya.
Kontan saja pernyataannya itu menyulut kemarahan kalangan non-Muslim Malaysia, bahkan sebagian mencurigai adanya upaya pengislaman anak-anak non-Muslim di sekolah-sekolah secara terselubung.*