Kebijakan Gubernur Jawa Barat Mengurangi Kunjungan ke Museum Sri Baduga
Kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melarang siswa melakukan study tour ternyata berdampak pada pengunjung ke Museum Sri Baduga di Kota Bandung. Pengelola museum mengakui bahwa jumlah pengunjung selama beberapa bulan terakhir mengalami penurunan yang signifikan.
Menurut Ganjar Hartanegara, koordinator Museum Sri Baduga, pengunjung turun hingga 50 persen. Sebelumnya, museum tersebut sering dikunjungi oleh rombongan siswa dari berbagai daerah. Rombongan ini biasanya berasal dari luar Jawa Barat seperti Tegal, Brebes, Magelang, Probolinggo, dan Bengkulu. Biasanya, kunjungan dilakukan sebelum libur sekolah.
Setiap kali datang, rombongan siswa bisa mencapai delapan bus besar. Parkiran museum mampu menampung kendaraan sebanyak itu. Namun, sebelum kedatangan, pengelola meminta pihak sekolah memberitahukan rencana kedatangan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan rombongan lain. “Jika tidak diatur, kami juga akan kesulitan dalam pengaturan parkir,” ujarnya.
Ganjar mengaku tidak tahu pasti alasan pengunjung dari luar daerah menurun. Meski demikian, ia menyadari bahwa kebijakan larangan study tour dari Gubernur Dedi Mulyadi berdampak langsung pada aktivitas kunjungan ke museum.
Surat Edaran Larangan Study Tour
Surat Edaran Nomor 43/PK.03.04/Kesra tentang 9 Langkah Pembangunan Pendidikan Jawa Barat Menuju Terwujudnya Gapura Panca Waluya dikeluarkan oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Surat edaran ini ditujukan kepada bupati dan wali kota se-Jawa Barat, kepala dinas pendidikan, serta kepala kantor wilayah kementerian agama provinsi Jawa Barat.
Salah satu poin penting dalam surat edaran tersebut adalah larangan bagi sekolah untuk membuat kegiatan piknik yang dibungkus dengan istilah study tour. Hal ini dilakukan karena kegiatan tersebut dinilai memberatkan orang tua. Untuk menggantinya, sekolah diminta mengembangkan kegiatan berbasis inovasi seperti pengelolaan sampah mandiri di lingkungan sekolah, sistem pertanian organik, aktivitas peternakan, perikanan, dan kelautan, serta meningkatkan wawasan dunia usaha dan industri.
Profil Museum Sri Baduga
Museum Sri Baduga didirikan pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada 5 Juni 1980 serta Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi. Nama museum ini berasal dari nama depan seorang Raja Pajajaran yang terukir dalam prasasti Batu Tulis di Bogor.
Saat ini, museum memiliki sekitar tujuh ribu unit koleksi yang diklasifikasikan menjadi sepuluh jenis. Koleksi ini disajikan di ruang pamer tetap yang terdiri dari tiga lantai. Di lantai pertama, pengunjung diajak masuk ke masa pra sejarah bersama peninggalan budaya Sunda. Lantai dua menampilkan alat-alat yang digunakan orang zaman dulu, termasuk bagaimana mereka hidup, berdagang, dan menggunakan transportasi. Sementara itu, lantai tiga menampilkan pakaian tradisional seperti batik, tenun, serta alat musik khas Jawa Barat.
Perkembangan dan Tantangan Museum Sri Baduga
Meskipun pengunjung menurun, pengelola museum tetap berupaya memenuhi target. Ganjar menjelaskan bahwa jika target tidak tercapai, ada alasan tertentu. Ia menekankan bahwa pengelola hanya bertugas sebagai pelaksana, bukan pembuat kebijakan.
Selain itu, museum juga aktif dalam menyelenggarakan berbagai acara dan pameran. Contohnya, Museum Sri Baduga pernah menggelar pameran senjata pusaka Nusantara. Acara semacam ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat dan meningkatkan kunjungan.
Dengan adanya kebijakan baru, museum harus beradaptasi dan mencari cara-cara baru untuk tetap menarik minat pengunjung. Salah satunya adalah dengan meningkatkan promosi dan kerja sama dengan berbagai pihak. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengunjung kembali meningkat dan museum dapat tetap menjadi tempat edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.