Penjajah Bombardir Rumah Sakit Gaza Saat Pemimpin Arab Bahas Perdamaian dengan Trump

InfoMalangRaya.com– Saat para pemimpin negara Arab bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Riyadh untuk membahas perdamaian Timur Tengah, ‘Israel’ melancarkan serangan udara ke dua rumah sakit di Khan Younis, Gaza, pada Selasa (13/5/2025).

Sedikitnya 28 orang syahid, termasuk seorang jurnalis, dan kerusakan parah terjadi di Rumah Sakit Eropa serta Rumah Sakit Nasser.

“Masih ada korban yang terdampar di jalan dan terjebak di bawah reruntuhan,” kata juru bicara pertahanan sipil Gaza.

Watch: Shocking footage shows the moment Israeli fighter jets pummeled the Gaza European Hospital in Khan Younis yesterday with 40 bunker-busting bombs. pic.twitter.com/ONwaSOvJJP— Quds News Network (@QudsNen) May 14, 2025

“Serangan ini menargetkan warga sipil yang sedang mencari perlindungan. Masih ada korban terjebak di reruntuhan yang tidak dapat dijangkau tim penyelamat,” kata juru bicara pertahanan sipil Gaza dalam pernyataan resmi.

Militer ‘Israel’ mengklaim serangan ditujukan ke “pangkalan militan Hamas di bawah rumah sakit”, tetapi laporan Al Jazeera menunjukkan bom menciptakan kawah besar di area fasilitas medis.

Enam bom dijatuhkan secara bersamaan di Rumah Sakit Nasser, menewaskan dua orang, termasuk seorang jurnalis yang sedang dirawat.

“Kami mengecam keras serangan terhadap fasilitas medis yang seharusnya menjadi tempat perlindungan,” kata Direktur Human Rights Watch Gaza, Ahmad Salim.

Kerusakan di kedua rumah sakit sangat parah, dengan sebagian bangunan hancur dan peralatan medis rusak berat. Ambulans dan tim medis kesulitan mengevakuasi korban akibat puing-puing bangunan yang berserakan.

Serangan terhadap fasilitas medis telah memicu kecaman dari berbagai organisasi internasional.

Amnesty International dan Palang Merah Internasional mendesak ‘Israel’ untuk mematuhi hukum humaniter internasional dan menghindari serangan terhadap infrastruktur sipil.

“Menargetkan rumah sakit adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan prinsip kemanusiaan,” ujar Sarah McAllister, Direktur Amnesty International Wilayah Timur Tengah.

Masyarakat internasional terus memantau perkembangan situasi di Gaza, sementara pertemuan puncak di Riyadh menjadi sorotan terkait respons negara-negara Arab terhadap genosida  tersebut.

Sementara itu, jumlah korban gugur akibat serangan penjajah ‘Israel’ di Gaza terus meningkat.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan total lebih dari 52.900 orang gugur sejak awal genosida , dengan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.

“Ini adalah krisis kemanusiaan yang harus segera dihentikan,” ujar Dr. Youssef Abu Rish, Kepala Layanan Medis Gaza.

Donald Trump Bertemu Pemimpin Arab

Sementara Gaza berdarah, Presiden AS Donald Trump menghadiri KTT GCC-AS di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (14/5/2025). Para pemimpin Teluk menyerukan penghentian serangan ‘Israel’ dan mendukung pencabutan sanksi terhadap Suriah.

“Kami bekerja sama dengan AS untuk meredakan Gaza, mengakhiri konflik, dan menemukan solusi dua negara,” tegas Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Di saat serangan terjadi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghadiri pertemuan puncak dengan para pemimpin negara-negara Teluk di Riyadh, Arab Saudi.

Dalam pidatonya, Trump menyatakan komitmennya untuk mendukung stabilitas kawasan, tetapi tidak mengutuk serangan ‘Israel’.

Para pemimpin negara Teluk, termasuk Raja Bahrain Hamad bin Isa Al-Khalifa dan Emir Kuwait Sheikh Meshal Al-Ahmad Al-Sabah, mendesak diakhirinya kekerasan di Gaza.

“Kami menyerukan penghentian segera serangan ‘Israel’ yang membahayakan warga sipil,” tegas Emir Kuwait Sheikh Meshal Al-Ahmad Al-Sabah.

“Kebijakan Trump mencabut sanksi Suriah adalah langkah bijak. Tapi ketidakadilan di Palestina tetap akar masalah Timur Tengah, ” tambah Sheikh Meshal.

Sehari sebelumnya, Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi menciptakan sejarah dengan menandatangani kesepakatan pertahanan bernilai US 142 miliar (Rp 2.283 triliun), setara dengan 12% APBN Indonesia 2024, pada Selasa (14/5/2025).

Kesepakatan tersebut ditandatangani dalam sebuah upacara megah di Istana Kerajaan Saudi di Riyadh, dihadiri oleh Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.

Perjanjian ini mencakup pembelian senjata senilai US$142 miliar, yang menjadi kesepakatan senjata terbesar yang pernah ada antara kedua negara. Selain sektor pertahanan, perjanjian ini juga mencakup investasi besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI), dengan perusahaan Saudi DataVolt menyuntikkan US$20 miliar ke proyek AI di AS.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *