Penyebaran HIV di Tarakan Belum Turun, Kasus Homoseksual Cukup Banyak

InfoMalangRaya.com—Kasus HIV di Kota Tarakan menunjukkan angka yang memprihatinkan ditahun 2024. Meskipun ada upaya intensif untuk menanggulangi penyakit ini. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tarakan, terdapat 66 kasus HIV yang terdeteksi antara Januari hingga Juli 2024, dari total 7.488 pemeriksaan.
Angka ini mengindikasikan tren yang cukup signifikan, mengingat pada tahun 2023 terdapat 108 kasus dari 12.704 orang yang diperiksa, demikian dikutip IMR.
Menurut Dinas Kesehatan melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kota Tarakan Irwan Yuwanda menjelaskan, kasus HIV di Tarakan belum bisa disimpulkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya, karena untuk perbandingan harus sama-sama 12 bulan.
“Kita tetap harus waspada dan memperkuat program-program pencegahan. Kasus HIV ini menyebar secara kompleks dan memerlukan perhatian lebih,” ujar Irwan, Kamis (12/9/2024).
Dinas Kesehatan melakukan berbagai program screening HIV dengan tujuan untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran virus HIV secara lebih efektif di masyarakat. Dalam pelaksanaannya, Dinkes biasanya membagi target screening menjadi tiga kelompok utama, yaitu populasi berisiko, populasi kunci, dan populasi umum.
Irwan menjelaskan analisis data berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa mayoritas kasus HIV pada tahun 2024 terjadi pada rentang usia 20-29 tahun, dengan total 31 kasus.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia muda merupakan kelompok rentan yang memerlukan intervensi pencegahan yang lebih efektif.
Dalam hal kelompok risiko, data tahun 2024 menunjukkan bahwa mayoritas kasus HIV terjadi pada lelaki yang melakukan hubungan seks dengan lelaki (26 kasus), diikuti oleh pelanggan pekerja seks (6 kasus) dan wanita pekerja seks (4 kasus).
Sekitar 30 kasus lainnya tidak dapat dikategorikan ke dalam kelompok risiko tertentu, menandakan bahwa penularan HIV juga terjadi di luar kelompok risiko yang telah dikenal.
Irwan menguraikan beberapa faktor penyebaran HIV di Tarakan antara lain adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengenai risiko penularan HIV dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri, serta stigma sosial yang sering menghambat individu untuk mencari pengobatan atau konsultasi.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *