Film Merah Putih: One For All Tetap Tayang di Bioskop Meski Dikritik
Film animasi Merah Putih: One For All yang dirilis pada 14 Agustus 2025 kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Meskipun menghadapi kritik terkait kualitas visual dan proses produksi yang dinilai terlalu singkat, film ini masih bertahan di layar bioskop. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa film yang mendapat rating rendah di IMDb tetap diputar.
Di Jakarta, film yang disutradai oleh Endiarto ini masih tayang di beberapa lokasi Cinema XXI. Misalnya, di Kemang Village XXI, film ini dijadwalkan tayang empat kali dalam sehari. Sementara itu, Kelapa Gading XXI dan Puri XXI juga menyediakan jadwal pemutaran meski dengan jumlah lebih sedikit. Namun, animo penonton tidak sesuai harapan.
Berdasarkan pantauan di laman TIX ID, jumlah jadwal pemutaran film ini mulai mengalami pengurangan. Di Kemang Village XXI, tersedia empat jadwal, sementara di Kelapa Gading XXI dan Alam Sutera XXI hanya tersisa dua jadwal. Di Puri XXI dan Mega Bekasi XXI, film ini hanya tayang sekali. Begitu pula di Depok XXI yang hanya menayangkan film ini pada satu waktu.
Sementara itu, di Metmall Cileungsi XXI, film ini sudah tidak lagi ditayangkan. Perubahan ini terjadi setelah penayangan awal, di mana satu bioskop bisa menayangkan film hingga empat sampai lima kali dalam sehari.
Film yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo ini juga mendapat banyak kritik di situs IMDb. Hingga saat ini, film ini hanya meraih rating 1 dari 10 bintang, menjadikannya salah satu film animasi lokal dengan skor terendah di platform tersebut.
Penonton Minim, Tapi Masih Bertahan di Bioskop
Beberapa bioskop seperti XXI Mal Mega Bekasi dan Metropolitan Mall Cileungsi mencatat jumlah penonton yang sangat minim. Bahkan, ada studio yang hanya diisi belasan orang. Situasi ini memunculkan pertanyaan besar mengenai alasan film tetap bertahan di layar.
Film yang disutradai oleh Endiarto ini dijadwalkan empat kali tayang, antara lain pukul 13.30 WIB, 14.55 WIB, 16.20 WIB, dan 20.10 WIB. Di Kelapa Gading XXI, film ini tayang dua kali, yaitu pukul 12.50 WIB dan 16.45 WIB. Sementara itu, di Puri XXI, film ini tayang pukul 17.05 WIB.
Sejak penayangan perdana pada 14 Agustus lalu, jumlah penonton film Merah Putih relatif sepi. Contohnya di XXI Mal Mega Bekasi, Jawa Barat. Pada pukul 13.50 WIB, jumlah penonton tercatat hanya tiga orang. Di Cinema XXI Metropolitan Mall Cileungsi, Kabupaten Bogor, jumlah penonton di Studio 7 hanya sekitar 12 orang.
Biasanya, sebuah film akan turun layar jika jumlah penonton tidak cukup. Evaluasi dilakukan setiap pekannya. Jika penontonnya banyak, film akan terus dipertahankan untuk tayang. Sebaliknya, jika animo masyarakat menurun, film akan ditarik dari layar bioskop.
Contoh film yang berhasil bertahan cukup lama adalah Jumbo, yang mampu menyedot lebih dari 10 juta penonton dan bertahan hingga lebih dari dua bulan. Sementara itu, film A Business Proposal hanya bertahan selama tujuh hari sebelum akhirnya ditarik dari layar bioskop karena sepi penonton.
Jika jumlah penonton film Merah Putih tidak meningkat signifikan, bukan tidak mungkin film ini akan mengalami nasib yang sama dengan A Business Proposal. Namun, jika film ini masih bisa tayang lebih dari sepekan meski jumlah penonton minim, berarti ada alasan lain dari pihak bioskop untuk mempertahankannya.
Umumnya, alasan tersebut berkaitan dengan sponsor film dari pemilik film. Hal ini bisa memengaruhi lamanya sebuah film akan tayang. Sebuah film bisa tayang lebih lama dari jadwal normal jika si empunya film ingin mensponsori.
Anak-Anak Jadi Target Utama
Meski jumlah penonton minim, film Merah Putih: One For All tetap menarik perhatian segelintir anak-anak. Di Studio 4 Cinema XXI Plaza Depok, jumlah penonton film ini tidak lebih dari 20 orang. Rata-rata orang tua mengajak anak-anak mereka menonton.
Yuli (45), warga Depok, bersama suaminya menemani anaknya menonton film animasi besutan sutradara Endiarto. “Kita sengaja, soalnya anaknya minta, ‘mah, Dede mau nonton film mah.’ Ya sudah kita ajak ke sini, kebetulan film anak-anak yang lagi tayang film ini,” kata Yuli kepada Kompas.com, Sabtu (16/8/2025).
Selama penayangan film, suasana berbeda terasa. Terdengar para penonton tertawa, khususnya anak-anak, ketika melihat beberapa adegan lucu. Misalnya, saat karakter “Aji” mengalami sakit perut. Anak-anak tertawa dan saling berkomentar dengan teman di sebelahnya. Namun, tak semua menikmati alur film. Sebagian anak sibuk mengobrol dengan teman di sebelahnya. Beberapa kali mereka ditegur oleh orang tua yang mendampingi.