Ponorogo (IMR) – Produk LPG merupakan kebutuhan utama rumah tangga, dengan pembagian penggunaan oleh pemerintah: produk subsidi untuk masyarakat kurang mampu dan non-subsidi untuk lainnya. Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami atau peduli terkait peruntukan LPG subsidi (3 kg), sehingga seringkali penggunaannya tidak tepat sasaran.
Menyikapi masalah ini, Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus melalui Sales Area Ponorogo menginisiasi program percontohan untuk mendorong penggunaan LPG tepat sasaran. Ponorogo, yang dikenal sebagai Kota Santri, memiliki banyak pesantren besar, termasuk Pondok Pesantren Darussalam Gontor.
Pondok Pesantren Darussalam Gontor memiliki berbagai bidang usaha, seperti laundry, rumah sakit, pabrik roti dan minuman, serta dapur umum, yang semuanya menggunakan LPG. Selama ini, pesantren kesulitan dalam pengadaan LPG, menyebabkan penggunaan LPG seringkali bergantung pada ketersediaan dan kadang masih menggunakan LPG subsidi 3 kg.
Melihat kondisi ini dan sejalan dengan program pemerintah, Pertamina menawarkan program penetrasi LPG Bright Gas sebagai produk LPG non-subsidi di Pondok Pesantren Gontor. Inisiatif ini disambut baik oleh manajemen Pondok Pesantren Darussalam Gontor.
Dengan adanya kerja sama ini, pesantren kini memiliki outlet LPG non-subsidi sendiri di area pondok, sehingga tidak perlu lagi mencari LPG ke luar dan agen dapat langsung mengantarkan ke outlet tersebut. Hal ini sangat menguntungkan pesantren karena tidak ada lagi biaya operasional untuk mencari LPG. Saat ini, seluruh lini usaha pesantren sudah menggunakan LPG non-subsidi Bright Gas.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menyampaikan bahwa program kerja sama ini sudah diinisiasi sejak tahun lalu dan terus memberikan dampak positif hingga saat ini.
“Dengan adanya keberadaan outlet, pesantren tidak hanya menggunakan LPG untuk aktivitas usaha, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari kesempatan menjual LPG kepada masyarakat sekitar,” ujar Ahad.
Pada awal program, Pertamina telah memberikan sosialisasi kepada pesantren terkait penggunaan dan peruntukan LPG subsidi dan non-subsidi. Sosialisasi ini membuka wawasan pesantren dan melahirkan komitmen untuk menggunakan LPG non-subsidi, yaitu Bright Gas.
Senada dengan Pertamina, pengurus Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Dani Zakaria, menyampaikan apresiasinya atas kerja sama ini.
“Sejak berjalannya program ini, kami sangat terbantu dalam pengadaan LPG dan pada akhirnya juga membuka wawasan kami terkait peruntukan LPG kepada yang berhak. Saat ini seluruh lini usaha pesantren sudah menggunakan LPG non-subsidi, mulai dari ukuran 5,5 kg, 12 kg, hingga 50 kg. Di sisi lain, alhamdulillah kami juga bisa membantu masyarakat untuk perolehan LPG melalui outlet kami yang tersedia di pesantren. Semoga ke depannya program kerja sama ini semakin berkembang baik untuk pesantren maupun Pertamina,” ujar Dani.
Ahad menambahkan, program penetrasi LPG Bright Gas saat ini juga sudah direplikasi di salah satu pondok pesantren lain di Ponorogo, yaitu Pondok Pesantren Lirboyo, dan selanjutnya akan diperluas ke pesantren lainnya.
“Dengan adanya replikasi dan sentralisasi di pondok pesantren ini, kami harapkan dapat menjadi salah satu upaya mendorong penggunaan LPG tepat sasaran bagi masyarakat. Mari kita gunakan LPG sesuai peruntukan agar penggunaan LPG tepat sasaran sesuai dengan aturan pemerintah,” tutup Ahad.[rea]