Malam Budaya yang Menghidupkan Kentrung di Jepara
Kampung Seni RT 11 Desa Langon, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara menjadi tempat berlangsungnya pagelaran seni kentrung dan guyub seni 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Astro Asmoro Japara bekerja sama dengan warga dan berbagai kolaborator budaya. Ratusan warga memadati kampung tersebut pada malam hari, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan.
Malam itu terasa seperti halaman besar yang penuh ingatan, kreativitas, dan kerja sama. Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, sejarawan Peter Carey, serta sejarawan Restu Imansari. Kehadiran para tokoh nasional dan akademisi menambah semangat bagi panggung seni rakyat yang sedang bangkit di tanah Jepara.
Wakil Bupati Jepara Muhammad Ibnu Hajar menyampaikan rasa syukurnya karena seni tradisi kembali mendapat panggung besar. Ia menyatakan bahwa alhamdulillah, atas rahmat Allah Swt, malam ini mereka bersama merayakan Kentrung warisan yang dulu menggema di setiap pelosok desa. Kini anak-anak muda Jepara mengambil estafet pelestarian, membuktikan bahwa budaya tidak cukup dirayakan, tetapi harus diteruskan.
Gus Hajar, sapaan akrab Wakil Bupati, menyambut baik kedatangan rombongan MPR RI dan para sejarawan. Ia menegaskan bahwa Kentrung bukan sekadar tontonan, melainkan ruang pendidikan moral dan sejarah bagi masyarakat Jepara. Ia juga menekankan visi Jepara Mulus, terutama pada aspek pendidikan dan kebudayaan. Pemerintah daerah berkomitmen untuk membuka ruang lebih luas bagi kesenian rakyat dari panggung desa, penguatan sanggar, hingga kolaborasi komunitas seni.
“Dengan seni, kita merawat identitas. Dan dengan tradisi, kita merajut masa depan,” ujarnya.
Pertunjukan dimulai dengan tabuhan khas kentrung yang berpadu dengan narasi para pengrawit muda. Alunan ritmis dan kisah-kisah heroik yang dibawakan membuat penonton larut, sebagian ikut mengetuk-ngetukkan kaki, sementara yang lain merekam dengan mata yang tak berkedip. Lampu-lampu gantung dari warga RT 11 Langon memantulkan warna keemasan menciptakan atmosfer yang hangat dan hidup.
Anak-anak duduk di pangkuan orang tua mereka, sementara para seniman senior tersenyum melihat generasi muda mengambil alih panggung tradisi yang hampir pudar. Menjelang akhir acara, usai penampilan kolaboratif yang disambut tepuk tangan panjang, seluruh tamu undangan diajak berdiri dan berjoget bersama dengan iringan musik campur sari.
Seiringan itu, langit Jepara mekar oleh semburan kembang api. Cahaya merah, emas, dan hijau menyulam udara malam, seakan menjadi penegas bahwa Kentrung seni yang nyaris redup itu kini kembali menyala. Penonton bersorak, beberapa memotret, dan sebagian lagi hanya menatap ke atas sambil tersenyum puas.
Di bawah percikan cahaya itu, suasana benar-benar terasa sebagai malam budaya yang guyub, penuh harapan, dan penuh hidup. Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi untuk memperkuat identitas budaya Jepara sebagai kota kolaborasi dan kota budaya.







