Petani di Malang Bersemangat Meski Cuaca Dingin
Di tengah cuaca yang masih dingin dengan suhu berkisar antara 12 hingga 15 derajat Celsius, Miftakhul Anwar, Kepala Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, tetap memperkuat semangatnya. Ia dikenal sebagai Salim, pria yang biasa beraktivitas sejak pagi hari.
Pagi hari Minggu (13/7/2025) sekitar pukul 05.30 WIB, Salim sudah bersiap untuk pergi ke tegalan. Cuaca yang masih gelap dan tertutup kabut tidak mengurangi antusiasme pria ini. Tujuannya adalah mengecek tanaman tomat miliknya yang akan segera dipanen dalam dua minggu ke depan.
Dengan harga tomat saat ini mencapai Rp 20 ribu per kilogram, Salim telah merencanakan keuntungan yang akan diperoleh. Dengan luas lahan sekitar 4.000 meter persegi atau sekitar 8.000 pohon tomat, ia memperkirakan hasil panen bisa mencapai 14 ton. Jika dihitung, nilai tersebut mencapai Rp 280 juta. Angka ini sangat menjanjikan, terlebih jika dibandingkan dengan hasil panen sebelumnya.
Sebelumnya, harga tomat hanya berkisar antara Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu per kilogram. Hal ini membuat banyak petani enggan menanam tomat. Namun, situasi kini berubah drastis. Harga tomat yang naik tajam menjadi peluang besar bagi para petani seperti Salim.
Lokasi desa Tawangsari berada di ketinggian 1.200 mdpl, dikelilingi oleh tiga gunung yaitu Gunung Argowayang, Gunung Gentong, dan Gunung Kawi. Keadaan ini memberikan keuntungan bagi warga setempat karena kondisi alam yang cocok untuk berbagai jenis tanaman holtikultura seperti bawang merah, tomat, dan cabai.
Namun, cuaca yang tidak menentu juga bisa menjadi ancaman. Cuaca kemarau basah atau sering hujan dapat merusak tanaman. Oleh karena itu, Salim harus lebih sering melakukan pengobatan pada tanamannya. Biasanya, ia hanya sekali mengobati, namun kini harus dilakukan tiga kali dalam seminggu karena seringnya turun kabut dan hujan.
Jika harga tomat tidak baik seperti saat ini, maka bisa saja mengalami kerugian. Seperti pada panen sebelumnya, harga tomat sempat turun di bawah Rp 5 ribu per kilogram. Itu membuat banyak petani terpaksa mengurangi produksi mereka.
Selain Salim, M Yusuf, Ketua Gapoktan Kecamatan Pujon, juga menyampaikan bahwa melonjaknya harga bumbu dapur seperti tomat dan cabai disebabkan oleh sedikitnya petani yang mau menanam. Banyak dari mereka trauma akibat harga yang rendah pada dua kali panen sebelumnya, yaitu hanya Rp 2 ribu per kilogram. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya tanam dan perawatan.
“Saat ini, dari ribuan petani itu cuma 25 persen yang mau menanam tomat dan cabai,” ujar Yusuf. Menurutnya, hanya petani yang berani berspekulasi yang ingin menanam di tengah cuaca yang tidak stabil seperti saat ini.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun cuaca dingin dan kabut mengganggu, semangat para petani tetap tinggi. Mereka berharap harga yang baik bisa terus berlanjut agar produksi pertanian mereka tetap menguntungkan.