InfoMalangRaya – Hasil pertanian apel di Kota Batu beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena sejumlah faktor. Seperti produktivitas pohon apel mengalami penurunan karena usianya sudah tua. Seperti di ketahui, usia pohon apel di Kota Batu berkisar antara 40-50 tahun.
Kemudian, menurutnya hasil pertanian apel juga disebabkan karena kualitas tanah yang memburuk. Hal ini disebabkan karena pemakaian pupuk kimia secara berkepanjangan.
Berdasar data yang dihimpun beberapa tahun terakhir, kondisi lahan apel di Kota Batu mengalami penurunan cukup signifikan. Rinciannya, tahun 2015 lahan apel Kota Batu seluas 1.768,27 hektar, tahun 2016 seluas 1.765,57 hektar, 2017 seluas 1.759,69 hektare, 2018 seluas 1.765 hektar, tahun 2019 tinggal 1.092,8 hektar, tahun 2020 seluas 1200 hektare dan tahun 2022 tinggal menyisakan 1.092 hektare.
Menurunnya luas lahan apel di Kota Batu ini, disebabkan karena banyak petani apel yang beralih komoditi. Para petani apel banyak yang merubah lahannya menjadi pertanian sayur. Selain itu juga ada yang merubah lahan apelnya menjadi pertanian jeruk, karena dianggap lebih menguntungkan.
Dengan adanya perubahan lahan itu, menarik minat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa untuk mengunjungi dan menikmati Wisata Petik Jeruk 55 di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
“Kami optimistis, jika wisata edukasi kebun jeruk 55 ini bisa menjadi daya tarik baru. Selain wisata petik apel yang sudah jadi ciri khas dari Kota Batu,” ujar Khofifah.
Kebun jeruk yang berdiri diatas lahan seluas 2 hektar tersebut, mampu menghasilkan kurang lebih 10 ton jeruk dalam masa panen 10 bulan. Hal tersebut berarti, setiap bulannya, kebun jeruk tersebut bisa menghasilkan produksi satu ton jeruk keprok.
Dengan adanya hal tersebut, Gubernur Khofifah turut mengapresiasi langkah dan inovasi dari para petani Kota Batu. Dimana para petani bisa memanfaatkan lahan petik jeruk ketika lahan di area petik apel mengalami penurunan produksi.
“Menurunnya produktivitas apel akhirnya membuat pelaku wisata petik apel memutar otak untuk menarik kunjungan wisatawan. Hingga akhirnya mereka menemukan satu potensi yang selama ini belum tergarap maksimal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Khofifah juga menyampaikan, suhu Kota Batu yang sejuk. Sangat nikmat sembari minum buah jeruk segar dan manis asli Kota Batu. Selain itu wisatawan juga bisa membeli dengan cara dibungkus dan juga bisa langsung diperas dalam kemasan gelas.
Lewat inovasi yang telah dilakukan para petani Kota Batu tersebut. Khofifah menegaskan pihaknya akan mendorong petani jeruk Kota Batu untuk terus mengembangkan usaha dan budidaya yang ada.
“Allhamdulillah permintaan buah-buahan segar terus melonjak. Salah satunya jeruk keprok yang banyak diincar masyarakat. Lewat buah ini, bisa memenuhi asupan vitamin dalam menjaga daya tahan tubuh,” jelasnya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyampaikan, hadirnya wisata petik jeruk tersebut didasari karena turunnya produktivitas apel Kota Batu. Dengan melihat pasar jeruk yang menjanjikan, akhirnya para petani memanfaatkan lahan apel untuk ditanami jeruk.
“Pangsa pasar jeruk cukup menjanjikan. Dengan adanya hal tersebut, pemerintah mengintervensi dengan memberikan stimulus, support dan bantuan kepada petani jeruk. Agar harganya kompetitif dengan pasar jeruk dari daerah lain. Kami akan terus dorong pemanfaatan lahan, untuk bisa digunakan jafi komoditi jeruk,” tandasnya. (Ananto Wibowo)
The post Petik Jeruk Hadir Seiring Menurunnya Produktivitas Apel Kota Batu appeared first on infomalangraya.com.