PGRI Kota Malang Berupaya Meningkatkan Literasi Digital Generasi Emas 2045
PGRI Kota Malang terus berkomitmen untuk mempersiapkan generasi emas 2045 yang mampu menghadapi tantangan di era digital. Salah satu fokus utama adalah meningkatkan literasi digital di kalangan pelajar, dengan peran penting guru sebagai fasilitator utama dalam proses pendidikan.
Ketua PGRI Kota Malang, Agus Wahyudi, menekankan bahwa penguatan kapasitas guru dalam penguasaan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) dan pemrograman (coding), menjadi langkah strategis dalam menjawab tantangan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, PGRI Kota Malang telah menyelenggarakan pelatihan yang melibatkan guru-guru dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kota Malang.
Pelatihan tersebut diselenggarakan di SMK PGRI 3 dan mendapat respon yang sangat positif dari peserta. Agus menjelaskan bahwa awalnya hanya dibatasi untuk 100 peserta karena keterbatasan ruangan, namun jumlah pendaftar justru mencapai 127 orang. Kegiatan berlangsung selama dua hari dan hasilnya sangat memuaskan.
“Banyak peserta yang meminta agar pelatihan serupa diadakan secara berkala, terutama untuk pendalaman materi tentang coding dan AI,” ujar Agus. Ia menilai hal ini menunjukkan semangat tinggi guru dalam mengikuti perkembangan zaman.
Agus juga menyoroti pentingnya intervensi pembelajaran untuk mengatasi rendahnya literasi digital di kalangan pelajar. Menurutnya, pemahaman mendalam terhadap teknologi harus dimulai dari guru, yang merupakan mitra utama dalam proses pendidikan. “Generasi kita sekarang menghadapi tantangan literasi digital. Masih banyak anak-anak kita yang belum bijak dalam menggunakan teknologi. Maka pembelajaran yang menguatkan aspek coding dan AI harus didorong,” tambahnya.
PGRI Kota Malang juga berharap konsep pembelajaran berbasis AI dapat diterapkan di Sekolah Rakyat (SR) yang berada di bawah binaan Kementerian Sosial. Meskipun secara struktural SR tidak berada di bawah koordinasi PGRI, Agus berharap ada kolaborasi antara lembaga-lembaga pendidikan di masa depan.
“Untuk SR, kami belum punya koordinasi langsung, karena memang itu di bawah kewenangan Kementerian Sosial. Tapi kami tetap mendukung agar pembelajaran berbasis AI juga diterapkan di sana,” jelas Agus.
Mengenai kabar tentang guru-guru SR yang dikabarkan mengundurkan diri, Agus mengaku belum menerima laporan langsung atau melakukan verifikasi, karena tidak memiliki kewenangan dalam rekrutmen SR. “Kami mendengar kabarnya dari media atau rekan-rekan, tapi belum pernah terlibat langsung atau koordinasi dengan universitas atau lembaga yang menaunginya,” ujarnya.
Agus berharap ke depan, semangat kolaboratif antar lembaga pendidikan dan pemangku kepentingan dapat terus ditingkatkan. Dengan kerja sama yang lebih kuat, diharapkan generasi penerus mampu bersaing di era digital yang penuh tantangan.