Plov dan Iftar Jama’I: Tradisi Ramadhan di Tatarstan

Iftar dan shalat Tarawi diadakan di 47 masjid di Kazan, Tatarsan, dengan menu legendaris, Plov, nasi khas Asia Tengah yang dimasak dengan daging  

InfoMalangRaya.com  | FAHAD Alimovich tengah menyiapkan Plov sejak pagi. Ia menyiapkan kilogram makanan untuk disantap dalam hidangan buka puasa.

Plov adalah hidangan nasi khas Asia Tengah yang dimasak dengan daging (biasanya domba atau sapi), wortel, bawang, dan rempah-rempah. Makanan ini sangat populer di Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan, dan negara-negara sekitarnya.

Di Uzbekistan, plov (juga disebut osh) proses memasaknya menggunakan panci besar bernama kazan, dan nasi dimasak bersama bahan-bahan lainnya agar meresap dengan rasa yang kaya.

Rempah-rempah seperti jintan, ketumbar, dan bawang putih sering ditambahkan untuk aroma khas.

Plov biasanya disajikan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, perayaan, atau pertemuan keluarga besar.

Tataristan’da bir iftar geleneği”Kazan Arena”da 7.cisi düzenlenen geleneksel cumhuriyet iftarına bu sene 15 bin kişi katıldı. Cumhurbaşkanı Rüstem Minnihanov’un, diplomatik temsilcilerin ve farklı din mensuplarının da iştirak ettiği programda iftardan önce akşam namazı kılındı. pic.twitter.com/JfYWCiIyKp— Mecra (@Mecra) May 27, 2019

Di Kazan, Ramadan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga simbol persatuan dan kebersamaan. Ketika malam tiba, doa kembali terucap, mengakhiri hari yang penuh makna dengan harapan akan keberkahan yang terus berlanjut.

Tahun ini, iftar jama’I akan diadakan di 47 masjid di Kazan, dan iftar republik berskala besar akan diselenggarakan 19 Maret di Kazan Expo IEC dengan rencana dihadiri 13.000 orang.

“Pada bulan suci Ramadan, semua gerbang surga terbuka, semua gerbang neraka tertutup, dan setan-setan dibelenggu,” kata Ilfar Hazrat Khasanov, wakil mufti pertama Republik Tatarstan, saat berbicara kepada wartawan di Dewan Spiritual Muslim Republik Tatarstan.

Di koloni-koloni republik, aturan makanan khusus telah diperkenalkan bagi mereka yang ingin, dan buka puasa bersama serta shalat Idul Fitri.

Liburan ini berakhir pada tanggal 30 Maret dengan Hari Raya Idul Fitri. Menurut Rustam Hazrat Nurgaleev, anggota Dewan Ulama Dewan Spiritual Muslim Republik Tatarstan, Doktor Ilmu Syariah, shalat Tarawih dimulai sekitar 30 menit setelah matahari terbit, karena sekarang shalat subuh berakhir sekitar pukul 06.30, jadi siapa pun dapat melakukannya. Ia juga menjelaskan secara rinci tata cara puasa:

“Siapa pun yang ingin berpuasa harus melakukannya dari fajar hingga matahari terbenam. Kesalahpahaman terbesar orang-orang yang tidak mendalami topik-topik Islam adalah bahwa mereka berpuasa dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Dan ini adalah kerangka waktu yang sama sekali berbeda,” kata Nurgaleev.

Tahun ini, puasa berlangsung sekitar 13 jam setiap hari, di mana selama waktu itu perlu untuk menahan diri dari makan dan minum.

Sementara shalat Tarawih dimulai di masjid-masjid setelah shalat Isya, yang biasanya dilaksanakan sebanyak 20 Rakaat.

Sejarah Singkat Muslim Tatar Kazan

Kazan, sebuah kota dinamis yang terletak di pertemuan dua sungai besar, Volga dan Kazanka, merupakan salah satu pusat budaya dan sejarah yang paling beragam di Rusia.

Sebelum dianeksasi oleh Rusia pada tahun 1552, Kazan adalah ibu kota Kekhanan Kazan (Kazan Khanate), sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh bangsa Muslim Tatar.

Kota ini memiliki sejarah panjang yang sudah dimulai sejak abad ke-11, saat sebuah benteng dibangun untuk melindungi perbatasan timur laut Volga Bulgaria, sebuah negara Muslim kuno yang kini menjadi bagian dari Rusia Selatan.

Pada tahun 1236, invasi Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan hampir memusnahkan Volga Bulgaria. Setelah itu, Kazan mulai berkembang menjadi pusat regional penting.

Pada tahun 1438, setelah runtuhnya Golden Horde (Kekhanan Mongol), Kazan menjadi kerajaan merdeka yang dikenal sebagai Kekhanan Kazan.

Didirikan oleh Ulugh Mohammed Khan dan putranya, Mahmud, Kazan menjadi kekuatan besar di wilayah tersebut. Namun, hubungan antara Kekhanan Kazan dan tetangga baratnya, Muscovy (Rusia), tidak pernah harmonis. Kedua negara sering terlibat perang hingga akhirnya Ivan the Terrible (Ivan yang Mengerikan) mengakhiri Kekhanan Kazan pada awal tahun 1550-an.

Pada tahun 1552, pasukan Rusia berhasil mengepung dan merebut Kazan. Sebagian besar kota dihancurkan, dan Muslim Tatar yang selamat terpaksa menetap di luar tembok kota, di tepi Danau Kaban, yang kemudian dikenal dengan nama Kawasan Tatar Lama (Staro-Tatarskaya Sloboda).

Tsar Ivan, yang terkenal dengan julukan “The Terrible,” memimpin serangan ini, yang berakhir dengan genosida besar-besaran. Ratusan ribu Muslim Tatar dibantai, dengan sekitar 110.000 orang terbunuh, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil tak bersenjata.

Setelah peristiwa tersebut, banyak umat Muslim Tatar yang selamat diusir dari kota dan desa. Penjajah Rusia kemudian memindahkan warga Kristen Ortodoks ke wilayah tersebut untuk mengubah komposisi demografis.

Seluruh masjid dihancurkan, dan banyak Muslim Tatar dipaksa untuk memeluk agama Kristen Ortodoks karena takut akan dibunuh.

Dalam dua dekade berikutnya, berbagai bangunan ikonik di Kazan, termasuk tembok Kremlin baru dan Katedral Annunciation, dibangun untuk merayakan kemenangan Rusia atas Kekhanan Kazan.

Salah satu arsitek yang terlibat adalah Postnik Yakovlev, yang juga merancang Katedral Saint Basil di Lapangan Merah Moskow.

Meskipun mengalami penindasan yang berat, bangsa Muslim Tatar mulai mendapatkan kebebasan kembali pada paruh kedua abad ke-18, saat Kekaisaran Rusia dipimpin oleh Catherine yang Agung.

Pada 1804, Tsar Alexander I mendirikan Universitas Kazan, yang menjadi institusi pendidikan tinggi ketiga di Rusia. Lulusan terkemuka universitas ini termasuk tokoh besar seperti Leo Tolstoy dan Vladimir Lenin.

Setelah Revolusi Bolshevik pada tahun 1917, bangsa Tatar mendapat kesempatan untuk kembali memiliki entitas politik mereka sendiri, dan Republik Sosialis Soviet Otonomi Tatar didirikan pada tahun 1920.

Meskipun berada di bawah pemerintahan Uni Soviet, Tatarstan tetap memiliki kebebasan tertentu, termasuk penggunaan bahasa Tatar secara resmi dan pelestarian budaya lokal.

Namun, rezim komunis sangat membatasi praktik ibadah umat Muslim Tatar, dengan banyak masjid dan madrasah ditutup atau dialihfungsikan menjadi fasilitas umum.

Pada tahun 1940-an, penemuan sumur minyak besar di Tatarstan mengubah wilayah ini menjadi salah satu penghasil minyak utama Rusia. Perekonomian Tatarstan terus berkembang, dan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1992, wilayah ini menjadi Republik Tatarstan yang memiliki presiden sendiri. Kazan juga diizinkan untuk menyebut dirinya sebagai “ibu kota ketiga” Rusia pada tahun 2009.

Di masa kini, umat Islam Tatar bebas beribadah kembali, dan masjid-masjid baru dibangun di seluruh negara. Salah satu yang paling terkenal adalah Masjid Kul Sharif, yang dibangun di lokasi masjid lama yang dihancurkan pada tahun 1552. Masjid ini menjadi simbol kebangkitan spiritual bangsa Tatar dan Republik Tatarstan. Pembangunan kembali dimulai pada tahun 1996 dan selesai pada 2005, bertepatan dengan peringatan 1000 tahun Kazan.

Saat ini, Kazan menjadi kota besar dengan populasi yang hampir seimbang antara Muslim Tatar dan etnis Rusia. Meski demikian, kebijakan Rusia di masa lalu telah mengubah demografi banyak wilayah bekas Kazan Khanate, sehingga bangsa Tatar kini menjadi minoritas di beberapa wilayah seperti Ufa, Udmurtia, dan Kasimov.

Berkat cadangan minyak yang melimpah, Tatarstan menjadi salah satu kawasan terkaya dan paling maju secara ekonomi di Rusia. Dalam bidang teknologi, Tatarstan juga mencatatkan kemajuan dengan pembangunan Innopolis, yang dijuluki “Lembah Silikon Rusia,” di pinggiran Kazan.

Sejak 2016, kota ini telah berkembang menjadi pusat inovasi dan ekonomi yang menjanjikan di Rusia.

Menurut data dari Carnegie Moscow Center, sekitar 53% penduduk Tatarstan beragama Islam.

Dengan populasi Tatarstan sekitar 3,8 juta jiwa, ini berarti terdapat sekitar 2 juta Muslim di wilayah tersebut. Islam adalah salah satu agama dominan di Tatarstan, bersama dengan Kristen Ortodoks.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *