Info Malang Raya – Jelang digelarnya laga Arema Indonesia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, jajaran Polres Malang memastikan akan menerapkan pola pengamanan yang lebih mengedepankan pendekatan humanis. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya menciptakan atmosfer sepak bola yang aman, damai, dan jauh dari intimidasi.
Kapolres Malang, AKBP Danang Setiyo Pambudi Sukarno, menyampaikan komitmen tersebut secara terbuka pada Kamis (8/5/2025), menyusul berbagai kekhawatiran publik soal keamanan pertandingan sepak bola yang kerap kali diwarnai ketegangan antar suporter maupun antara aparat dan masyarakat.
“Kami tidak akan membawa senjata tajam dalam pengamanan pertandingan. Ini adalah bentuk keseriusan kami untuk mengedepankan keselamatan, bukan kekerasan,” ujarnya saat konferensi pers di Mapolres Malang.
Ia menambahkan bahwa seluruh personel yang diterjunkan telah mendapat arahan khusus agar mengedepankan dialog, persuasif, dan tindakan preventif dalam menjaga jalannya pertandingan. Pengamanan tidak hanya dilakukan di dalam stadion, namun juga di jalur kedatangan suporter, area parkir, dan titik-titik rawan kerumunan di sekitar Kanjuruhan.
Langkah Polres Malang ini mendapat perhatian luas, terutama di tengah meningkatnya tuntutan masyarakat akan reformasi dalam sistem pengamanan event olahraga, pascatragedi yang sempat melukai citra sepak bola nasional.
“Kami ingin menciptakan paradigma baru bahwa menonton bola tidak harus tegang, apalagi takut. Ini ruang kebersamaan, bukan ajang permusuhan,” tegas Danang.
Polres Malang juga menggandeng berbagai pihak, mulai dari panitia pelaksana, komunitas suporter, hingga tokoh masyarakat setempat, untuk turut serta menjaga kondusivitas. Pendekatan kolaboratif ini diharapkan mampu membangun kepercayaan publik terhadap aparat keamanan dan menghapus trauma kolektif yang masih membekas di sebagian masyarakat.
Sementara itu, berbagai kelompok suporter menyambut baik komitmen ini. Mereka berharap suasana pertandingan bisa kembali menjadi ajang hiburan yang menggembirakan tanpa perlu diwarnai aksi represif.
“Sikap humanis aparat adalah langkah maju. Tapi kami juga punya tanggung jawab untuk tertib, jangan sampai ada gesekan yang mencederai semangat kebersamaan,” ujar Wahyu, salah satu koordinator suporter lokal.
Pertandingan ini sendiri diprediksi bakal dihadiri ribuan pendukung setia Arema Indonesia. Semua mata kini tertuju pada bagaimana pelaksanaan pengamanan berlangsung, apakah benar-benar sesuai janji atau sekadar wacana belaka. Namun satu hal pasti, publik berharap tidak ada lagi air mata di stadion—yang tersisa hanyalah sorak-sorai dan cinta pada tim kebanggaan.