IMR – Dinkes Kota Batu Gelar Pengukuran Kebugaran untuk Ratusan CJH

admin 16 Views
6 Min Read

IMR – Sebanyak 158 calon jemaah haji (CJH) Kota Batu sangat bersemangat melahap rangkaian tes pengukuran kebugaran, Minggu (17/11/2024) di halaman Hotel Royal Orchid, Kota Batu. Pengukuran kebugaran itu digelar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu.

Pengukuran kebugaran CJH menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan. Sebab ibadah haji merupakan salah satu ibadah fisik yang memerlukan waktu cukup lama dan bertempat di luar negeri, dimana kondisi lingkungan berbeda dengan Indonesia.

Sehingga memerlukan kondisi tubuh yang bugar. Untuk mendapatkan kondisi tubuh yang bugar, CJH harus mempersiapkan jauh-jauh hari dengan cara berlatih fisik atau olahraga.

Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja menyatakan, pengukuran kebugaran CJH merupakan upaya untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani, sebagai dasar untuk menentukan latihan fisik terprogram yang diperlukan untuk meningkatkan kebugaran.

“Sebelum melakukan latihan fisik, setiap CJH perlu mengikuti pengukuran kebugaran, sehingga CJH tahu kondisi tubuhnya. Apakah tingkat kebugarannya dalam kategori baik, cukup atau kurang. Sehingga latihan fisik yang dilakukan sesuai kondisi fisik masing-masing CJH,” papar Aditya Prasaja kepada Malang Post.

c9f7bc42 d57c 40f2 9600 76558baa05e2
IMR - Dinkes Kota Batu Gelar Pengukuran Kebugaran untuk Ratusan CJH 4

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji menyatakan, untuk mewujudkan istithaah kesehatan jemaah haji, perlu pembinaan dan pelayanan kesehatan jemaah haji sejak dini, agar setiap CJH dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

Istithaah adalah kemampuan jemaah haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.

Sedangkan istithaah kesehatan jemaah haji adalah kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan, meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga jemaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama Islam.

“Untuk memenuhi syarat istithaah kesehatan haji, perlu dilakukan pengukuran tingkat kebugaran setidaknya dua kali, pengukuran kali ini adalah yang pertama. Metode pengukuran tingkat kebugaran jemaah haji dapat menggunakan metode Rockport dam metode jalan 6 menit,” paparnya.

Kedua metode tersebut direkomendasikan oleh Kemenkes RI untuk diterapkan dalam pengukuran tingkat kebugaran, dikarenakan dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat.

Pengukuran kebugaran jantung paru dengan jalan cepat atau jogging sejauh 1.600 meter (Rockport) dapat dijadikan panduan untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani.

“Pengukuran ini dilakukan semampunya dengan berjalan cepat atau berlari secara konstan. Bagi CJH yang mempunyai faktor risiko, dapat mengikuti pengukuran kebugaran dengan metode jalan 6 menit,” jelasnya.

Sebelum dilaksanakan pengukuran kebugaran, CJH juga diminta untuk mengisi Par Q Test (Physical Activity Readiness Questionnaire) sebagai upaya screening, apakah peserta layak atau tidak untuk mengikuti pengukuran kebugaran dengan metode Rockport.

Selain itu, CJH juga diukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai salah satu cara untuk mengetahui status gizi seseorang, diukur tekanan darah dan denyut nadi.

2a545b84 7a46 40c9 9915 6635361154ff
IMR - Dinkes Kota Batu Gelar Pengukuran Kebugaran untuk Ratusan CJH 5

PENUH SEMANGAT: Ratusan CJH Kota Batu Tahun 2025 nampak penuh semangat melahap rangkaian tes pengukuran kebugaran. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)

Sebelum melakukan aktivitas fisik tersebut, CJH terlebih dahulu melakukan pemanasan dan peregangan seluruh tubuh, terutama otot tungkai. Pemanasan dilakukan sekitar 10-15 menit.

Lebih lanjut, untuk waktu yang dicapai peserta dalam menyelesaikan lari sepanjang 1.600 meter akan dikonversikan ke dalam tabel Hubungan Waktu Tempuh – VO2 max untuk mengetahui VO2 max (ml/kg/menit) peserta. Nilai VO2 max digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran jantung paru sesuai dengan jenis kelamin dan kelompok umur.

Kebalikan dari metode Rockport, pada metode jalan 6 menit peserta diminta untuk berjalan cepat melalui lintasan yang sudah dibuat selama 6 menit. Total jarak yang dapat ditempuh peserta kemudian dikonversikan ke dalam tabel hingga didapatkan kategori tingkat kebugaran.

Setelah diketahui tingkat kebugarannya, setiap CJH diberikan informasi tentang program latihan fisik yang dapat dilakukan, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan tingkat kebugaran pada pengukuran tingkat kebugaran selanjutnya. Selama rentang waktu antara pengukuran tingkat kebugaran pertama dan kedua, CJH dapat melakukan program latihan.

Untuk tingkat kebugaran kurang, CJH dapat melakukan program latihan dengan frekuensi latihan sebanyak 2x seminggu, dengan jenis latihan yang dapat dilakukan hanya dengan aerobik tipe satu saja, yakni jalan santai, jalan cepat, jogging dan bersepeda.

Tingkat kebugaran cukup, dapat melakukan program latihan dengan frekuensi latihan sebanyak 3x seminggu, dengan jenis latihan yang dapat dilakukan aerobik tipe satu, diantaranya jalan santai, jalan cepat, jogging, bersepeda dan tipe dua yakni senam, renang, step dance serta diskorobik.

untuk tingkat kebugaran baik, dapat melakukan program latihan dengan frekuensi latihan sebanyak 4-5x seminggu, dengan jenis latihan yang dapat dilakukan aerobik tipe satu yakni jalan santai, jalan cepat, jogging, bersepeda. Aerobik tipe dua yakni senam, renang, step dance, diskorobik dan aerobik tipe tiga yakni lahraga permainan seperti sepak bola, tenis lapangan, tenis meja, bulu tangkis, bola basket serta bola voli.

“Untuk hasilnya, rata-rata kondisinya cukup bugar. Bahkan ada salah satu CJH bernama Moch Said asal Kelurahan Ngaglik yang telah berusia 85 tahun berhasil menyelesaikan lari 1.600 meter dan hasilnya bagus,” tutupnya. (Adv/Ananto Wibowo)

Share This Article
Leave a Comment