InfoMalangRaya.com – Pendisiplinan Tak Harus Selalu ke Barak Militer

MALANG RAYA12 Dilihat

MALANG POST – Pemahaman masyarakat soal penempatan anak-anak nakal ke barak militer, seringkali keliru.

Banyak yang langsung membayangkan anak-anak akan dilatih ala militer. Padahal yang dimaksud pembinaan karakter lewat pembiasaan hidup disiplin.

Hal tersebut disampaikan Komite SMA Negeri 2 Kota Malang, Wahyudin, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (22/5/2025).

Hanya saja, kata Wahyudin, bentuk pendisiplinan tidak harus selalu ke barak militer.

“Daripada memakai istilah barak militer, lebih tepat jika disebut pusat pendidikan dan pelatihan,” tambahnya.

Di tempat seperti itu, ujarnya, anak-anak akan belajar membiasakan diri bangun pagi, memakai pakaian rapi, serta menjaga sikap

Itu juga kebiasaan-kebiasaan kecil yang membentuk karakter positif dan seharusnya bisa dilakukan juga di rumah atau sekolah. Asalkan sistem pendidikannya mendukung.

Wahyudin menekankan, kedisiplinan bisa diajarkan tanpa harus memberikan label nakal pada anak.

Banyak sekolah seperti SMA Taruna Nusantara Jatim, yang sudah menerapkan sistem serupa. Dengan pendekatan positif.

Sedangkan Pengurus LPAI Jawa Timur, Moch Isa Anshori menilai, anak-anak yang disebut bermasalah pada dasarnya tidak terlahir seperti itu.

“Masalah justru sering kali datang dari latar belakang keluarga yang keras, pendidikan yang minim atau kondisi ekonomi yang terbatas,” sebutnya.

Menurut Isa, langkah yang dilakukan di Jawa Barat yakni menempatkan anak-anak bermasalah ke barak militer, memang bisa jadi salah satu solusi.

Namun, dia menyebut, perlu diluruskan dulu pemahaman orang tua, bahwa ditempatkan di barak militer bukan berarti militerisasi. Tapi fokus pada pembentukan karakter dan kedisiplinan.

Di Jatim sendiri, tepatnya di Surabaya, sudah ada Kampung Anak Negeri yang memakai konsep asrama. Sebagai tempat terapi yang mengedepankan pembinaan karakter anak bermasalah.

Isa menilai, negara memang harus hadir dan membantu menyelamatkan mereka. Terutama mereka yang datang dari keluarga yang justru menjadi sumber masalah.

Sementara itu, Dosen Psikologi dari Universitas Merdeka Malang, Al Thuba Septa Priyanggasari S.Psi, M.Psi, Psikolog., menilai, pengiriman anak ke barak militer itu bentuk adaptasi dari negara lain, yang sebenarnya sudah banyak diteliti dampaknya.

Meskipun pendekatan itu tampak efektif dalam jangka pendek, ujarnya, studi-studi jangka panjang dari luar negeri justru menunjukkan banyak risiko psikologis. Seperti potensi munculnya trauma hingga meningkatnya agresifitas.

Namun Al Thuba memang mengaku, kalau disiplin sebagai sesuatu yang penting bagi anak-anak. Terutama yang kecanduan gadget dan sulit mengatur kegiatannya.

“Program pengiriman ke barak militer, bisa menjadi cara untuk memberi anak identitas baru,” sebutnya.

Meski begitu, Al Thuba tetap merekomendasikan pentingnya pendekatan individu. Tidak semua anak bisa disamaratakan perlakuannya.

“Ada anak yang justru membutuhkan penanganan lebih khusus, karena kondisi psikologis mereka yang berbeda.”

“Sehingga jika Indonesia ingin menjalankan, penting untuk menyesuaikan dengan kondisi anak-anak Indonesia yang sangat beragam,” tegasnya. (Faricha Umami/Ra Indrata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *