IMR – Cara unik pencegahan stunting dilakukan PCNU Kota Batu melalui Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU). Caranya dengan menggelar lomba drama promosi pencegahan stunting berbasis desa, dengan pendekatan seni budaya program cegah stunting perspektif agama (CSPA).
Panggung budaya promosi cegah stunting itu berlangsung di Alun-alun Kota Batu, Sabtu (14/12/2024) malam. Dipilihnya Alun-alun Kota Batu sebagai lokasi pertunjukan bukan tanpa sebab. Alun-alun Kota Batu merupakan salah satu pusat keramaian di kota ini.
Ketua Pelaksana sekaligus Ketua GKMNU Kota Batu, Zainal Musthofa menyatakan, kegiatan tersebut digelar menyusul adanya kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan PBNU Nomor:HK.03/01/MENKES/1975/2022dan377/PB.03/A.11.04.61/99/12/2-22 tentang peningkatan upaya kesehatan dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat, melalui program fasilitasi Ormas dalam mendukung GERMAS.
“GKMNU Kota Batu menggelar lomba drama inovasi dalam rangka sosialisasi pencegahan stunting. Kegiatan ini diikuti para kader Posyandu dari Desa Giripurno,” tutur Zainal.
Dia menambahkan, tujuan dari digelarnya kegiatan tersebut, guna mensosialisasikan pencegahan stunting dari perspektif agama, bukan saja murni dari perspektif medis.
“Kalau pencegahan stunting dari perspektif agama, kami melakukan pendekatan sesuai ajaran agama Islam, kami ambil rujukan bahwa dilarang meninggalkan generasi yang lemah,” tuturnya.
BERAKSI: Kader-kader Posyandu Desa Giripurno saat beraksi dalam lomba drama pencegahan stunting di Alun-alun Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dari rujukan tersebut, menjadi semangatnya untuk terus peduli dalam hal pencegahan stunting. Sehingga generasi penerus bangsa tidak ada yang terindikasi stunting.
Dalam lomba drama tersebut, diikuti tiga kelompok, dengan total peserta sekitar 25 orang. Para peserta merupakan kader Posyandu Desa Giripurno. Dipilihnya kader Posyandu Desa Giripurno sebagai pilot project lomba tersebut, menyusul masih tingginya prevalensi stunting di desa itu.
“Kegiatan ini adalah pilot project dari GKMNU pusat bersama Kemenkes. Sehingga sementara waktu ini lokusnya hanya satu desa. Meski begitu, kegiatan ini kami gelar di tempat terbuka (Alun-alun Kota Batu) agar masyarakat dan wisatawan yang melihat, bisa tereduksi bagaimana cara pencegahan stunting,” paparnya.
Meski mengedepankan perspektif agama, dalam perlombaan tersebut tidak dikemas dengan model ceramah ataupun model formal. Namun kegiatan tersebut dibalut dengan drama. Dimana dalam drama tersebut berisikan materi sesuai tema pencegahan stunting.
“Dalam kegiatan ini pastinya ada seni yang ditampilkan, kemudian dibalut dengan edukasi tentang pencegahan stunting. Setiap peserta menampilkan aksinya sekitar 10-15 menit,” imbuhnya.
Pihaknya berharap, di tahun yang akan datang kegiatan ini bisa dikembangkan se Kota Batu. Zainal melihat, kegiatan ini cocok dengan kondisi Kota Batu, dimana pemerintah setempat tengah berfokus melakukan penuntasan stunting.
“Berdasarkan informasi yang kami himpun, ternyata penyebab utama stunting di Kota Batu bukan karena faktor ekonomi maupun sarana prasarana. Namun karena pola asuh dan pola pikir orang tua,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, Yuni Astuti menyampaikan, pihaknya sangat bangga adanya kegiatan tersebut. Ternyata program Dinkes Kota Batu tentang penuntasan stunting, dapat diaplikasikan ke organisasi masyarakat.
“Permasalahan stunting masih jadi perhatian serius di Kota Batu, sekalipun prevalensinya sudah dibawah target nasional. Dimana saat ini, ada sekitar 1.449 anak terindikasi stunting di Kota Batu,” ujarnya.
Menurut Yuni, penuntasan permasalahan stunting tak bisa dilakukan oleh Dinkes semata. Namun harus berkolaborasi dengan stakeholder terkait. Salah satunya melalui kegiatan tersebut.
“Ke depan kami berharap tidak hanya NU saja. Namun ormas-ormas lain juga bisa melakukannya. Untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan stunting,” tutupnya. (Ananto Wibowo)