IMR – Pilih Slow Living karena Jenuh Kehidupan di Kota

MALANG RAYA30 Dilihat

IMR – Semakin maraknya konsep hidup slow living, menjadikan banyak developer perumahan, mulai menyesuaikan konsep hunian dengan trend gaya hidup tersebut.

Apalagi slow living saat ini, mulai diterapkan pada berbagai aspek kehidupan lainnya, yang sebelumnya telah mengalami percepatan yang pesat. Tidak saja untuk perumahan, tapi juga termasuk pekerjaan, pola asuh anak, hingga pada saat waktu santai.

Tanpa disadari percepatan hidup kita terus mengalami peningkatan, demikian pula dengan kesadaran untuk hidup lebih lambat.

Selanjutnya konsep hidup slow living ini semakin berkembang menjadi sebuah pemikiran baru dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Sekretaris Apersi Korwil Malang Raya, Salman Alfarizi, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (16/2/2025) menyampaikan, dengan meningkatnya tren slow living, maka developer perumahan juga menyesuaikan konsep hunian yang ditawarkan.

“Saat ini developer fokus pada konsep hunian, yang mengedepankan ramah lingkungan. Dimana layout hunian memperhatikan sirkulasi udara dan nuansa natural,” katanya.

Salman menegaskan, pengembang harus mematuhi regulasi ketat dari pemerintah Kota Batu dalam pembangunan.

Perizinan dan tata ruang sudah diatur dengan ketat, untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.

Pengembang, katanya, tidak bisa sembarangan membeli tanah tanpa memastikan kesesuaian dengan tata ruang yang berlaku.

Sementara itu, dalam pandangan Dosen Psikologi Universitas Brawijaya, Ali Mashuri, salah satu alasan orang untuk memilih slow living, karena jenuh pada kehidupan kota.

“Gaya hidup slow living, berawal dari Italia pada tahun 1980an. Dimana masyarakat menginginkan gaya hidup yang tidak terlalu stress dan lebih berkualitas,” katanya.

Gaya hidup slow living, tambahnya, berfokus pada kesehatan mental. Sebagai respon pada tingkat stres gaya hidup cepat di daerah perkotaan.

“Walaupun begitu, untuk merealisasikan slow living, umumnya dibutuhkan pendapatan yang tinggi,” tegasnya.

Menurut Ali, Kota Batu menjadi salah satu destinasi favorit untuk slow living, karena menawarkan keindahan alam yang indah dan tepat menjadi tempat untuk healing. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *