IMR – Ketika suatu lembaga sudah diketahui terjadi kecurangan, perlu segera adanya perombakkan struktur manajemen, untuk menyelesaikan kecurangan tersebut.
Hal itu juga harus dilakukan Pertamina, ketika ditemukan adanya korupsi besar-besaran yang melibatkan Patra Niaga.
Pengamat Kebijakan Publik FIA Universitas Brawijaya, Imam Hanafi, menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Senin (3/3/2025).
Imam juga menyampaikan, perombakan struktur manajemen ini, sebenarnya bukan suatu hal yang sulit dan butuh waktu lama.
“Jadi bisa saja dilakukan dengan cepat, tapi tentunya harusnya mengikuti kaidah corporate culture yang baik,” katanya.
Ketika orang-orang didalamnya ini sudah baik, tambah Iman, maka bisa membawa sebuah lembaga atau perusahaan lebih maju sesuai visi misinya.
Pihaknya juga menilai, sudah saatnya pemerintah Indonesia fokus menyelesaikan kasus-kasus korupsi sebelum mendalam. Karena kasus korupsi di Indonesia, seakan tidak ada habisnya.
“Setelah adanya korupsi di sektor pertambangan, kemudian muncul lagi di Pertamina.”
“Inilah yang jadi PR untuk pemerintahan baru Indonesia, supaya mulai memfokuskan langkah-langkah strategis mengentaskan kasus-kasus korupsi yang ada,” tandasnya.
Ketika kegiatan-kegiatan kecurangan ini bisa diselesaikan, lanjut Imam, bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat.
“Termasuk untuk kasus Pertamina ini. Kalau tidak diselesaikan dengan baik, maka kepercayaan masyarakat akan habis dan masyarakat akan beralih meninggalkan Pertamina,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi UNMER Malang, Muhammad Untung Manara menjelaskan, trust customer itu memang sesuatu yang penting.
Ketika ada janji-janji value dalam sebuah produk, tapi ternyata realitanya jauh dari itu, maka customer akan kecewa.
Ditambahkan, saat ini memang pertamina sedang menyampaikan beberapa klasifikasinya, untuk bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat lagi. Di tengah banyaknya masyarakat yang sudah mulai beralih dan meninggalkan Pertamina.
“Diperkirakan akan lebih banyak masyarakat sementara waktu ini beralih. Sebagai bentuk kekecewaan mereka. Khususnya untuk golongan masyarakat yang memang mementingkan nilai fungsional BBM,” tegasnya.
Dalam kacamata Untung, ada dua golongan masyarakat, yang selama ini memilih mengisi BBM di Pertamina, khususnya jenis Pertamax.
“Golongan pertama yaitu mereka yang terpaksa menggunakan Pertamax, karena kendaraanya tidak memungkinkan memakai BBM subsidi seperti pertalite.”
“Ada juga golongan kedua, yaitu mereka yang memilih Pertamax secara sukarela, karena melihat dari nilai fungsionalnya, dengan mempercayai kualitasnya yang memang bagus,” jelasnya.
Untung menambahkan, kepercayaan masyarakat menjadi hancur, setelah adanya kasus pengoplosan ini. Sehingga beberapa orang lebih memilih untuk beralih pada BBM milih perusahaan swasta. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)