Presiden Korea Selatan Mengunjungi Jepang untuk Memperkuat Kemitraan
Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, tiba di Tokyo pada hari Sabtu (23/8/2025) untuk bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba. Pertemuan yang berlangsung selama dua jam di kediaman resmi Ishiba menjadi kunjungan pertama Lee ke Jepang sejak ia dilantik pada Juni 2025. Agenda utama dari pertemuan ini mencakup kerja sama keamanan dan ekonomi, sebelum Lee akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pekan depan.
Dalam wawancara dengan beberapa media ternama Jepang seperti Asahi Shimbun, Mainichi Shimbun, Nikkei, dan Sankei Shimbun, Lee menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hubungan antara Korea Selatan dan Jepang. Ia menyatakan bahwa hubungan kedua negara mengandung aspek konfrontasi, kerja sama, dan toleransi bersama. Yang terpenting, kata Lee, adalah mengidentifikasi elemen-elemen yang saling menguntungkan tanpa membuang aspek positif hanya karena adanya aspek negatif tertentu.
Kerja Sama Bilateral Diperluas Hingga Aliansi Trilateral
Kunjungan Lee ke Tokyo bertepatan dengan perayaan 60 tahun hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang. Ia menilai pertemuan ini sebagai kesempatan emas untuk membangun kemitraan yang lebih kuat dan berorientasi ke depan. Dalam pertemuan tersebut, Lee dan Ishiba sepakat untuk membangun siklus positif di mana hubungan bilateral yang lebih baik dapat memperkuat kerja sama trilateral bersama AS.
Kedua pemimpin ini berkomitmen untuk menghadapi tantangan bersama, termasuk masalah nuklir Korea Utara dan perkembangan teknologi AI. Mereka juga menyusun kerangka konsultasi reguler serta menyiapkan pernyataan bersama, yang akan menjadi yang pertama sejak 17 tahun terakhir. Ishiba menekankan bahwa stabilitas hubungan antara kedua negara sangat penting bagi kawasan dan juga untuk memperkuat aliansi trilateral dengan AS.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya yang dilakukan oleh mantan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, dan mantan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. Keduanya sebelumnya berusaha memperbaiki hubungan yang sempat tegang akibat sengketa sejarah, dalam kerangka kerja trilateral yang dibangun bersama mantan Presiden AS, Joe Biden.
Sensitivitas Sejarah Tetap Jadi Tantangan Diplomasi
Alih-alih langsung menuju Washington, Lee memilih Tokyo sebagai tujuan lawatan luar negeri besar pertamanya. Keputusan ini dinilai mencerminkan peran penting Jepang dalam perubahan keamanan di Asia Timur. Ekonom Bloomberg, Adam Farrar, mengatakan langkah ini memberi Lee kesempatan untuk belajar dari pengalaman Ishiba yang sering bertemu dan berkomunikasi dengan Trump.
Lee, seorang politikus liberal yang terpilih setelah pemakzulan Yoon, sebelumnya sering mengkritik Jepang. Namun, dalam pidato Hari Kemerdekaan Agustus 2025, ia menyebut Jepang sebagai mitra yang sangat diperlukan. Ia juga memastikan akan menghormati kesepakatan lama terkait isu perempuan penghibur dan pekerja paksa, sebagaimana disampaikan dalam wawancara dengan Yomiuri.
Meski begitu, ketegangan masih tersisa. Pemerintah Korea Selatan baru-baru ini menyampaikan kekecewaan atas kunjungan pejabat Jepang ke sebuah kuil di Tokyo yang dianggap sebagai simbol agresi perang.
Ekonomi dan Agenda Pertemuan Berikutnya
Sebagai langkah mempererat hubungan masyarakat, kedua negara sepakat memperluas program working holiday yang memungkinkan warganya tinggal dan bekerja hingga satu tahun. Saat ini, Jepang membatasi peserta dari Korea Selatan hanya 10 ribu visa per tahun, tetapi aturan baru bisa berlaku mulai Oktober 2025.
Pada Minggu (24/8), Lee dijadwalkan bertemu sejumlah anggota parlemen Jepang sebelum berangkat ke Washington untuk bertemu Trump pada Senin (25/8). Pertemuan ini akan membahas isu keamanan regional, termasuk China dan Korea Utara, serta dukungan finansial Seoul bagi 80 ribu tentara, kapal perang, dan pesawat AS yang ditempatkan di Korea Selatan dan Jepang. Selain itu, kedua negara juga menyelaraskan kebijakan tarif 15 persen terhadap impor dari AS, sebagai respons atas ancaman Trump menaikkan bea masuk.
Bagi Ishiba, kesuksesan pertemuan ini penting untuk memperkuat posisinya di dalam partai yang sempat terguncang setelah kekalahan dalam pemilu terakhir. Dukungan dari parlemen dipandang krusial untuk meneguhkan kepemimpinannya.