Proyek Album yang Menentang Penggunaan Karya Musik oleh Kecerdasan Buatan
Paul McCartney, seorang musisi legendaris, terlibat dalam proyek album yang bertujuan memprotes penggunaan karya musik oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Dalam proyek ini, McCartney menyumbangkan sebuah lagu yang sangat unik, yaitu “Bonus Track”. Lagu tersebut memiliki durasi 2 menit 45 detik dan seluruhnya hening. Tidak ada melodi, vokal, maupun instrumen dalam trek ini.
“Bonus Track” akan menjadi bagian dari rilisan format piringan hitam (vinyl) dari album Is This What We Want? yang dijadwalkan dirilis pada 8 Desember 2025. Album ini pertama kali dirilis secara digital pada Februari lalu, dan seluruh isinya hanya terdiri dari rekaman suara latar studio.
Proyek ini dirancang untuk menarik perhatian terhadap potensi penggunaan karya musisi tanpa izin oleh perusahaan-perusahaan AI. Hal ini terjadi setelah adanya usulan perubahan undang-undang hak cipta di Inggris. Penggunaan keheningan dalam album ini dimaksudkan untuk melambangkan dampak yang diperkirakan akan terjadi pada mata pencaharian para musisi jika AI terus dibiarkan mengambil musik tanpa aturan yang jelas.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Paul McCartney menjelaskan kekhawatirannya terkait isu ini, terutama bagi para musisi muda. Ia menyatakan bahwa banyak musisi muda yang menciptakan lagu-lagu indah, tetapi karya mereka tidak menjadi milik mereka sendiri. “Ada banyak musisi muda yang menciptakan lagu-lagu indah, tapi karya itu bukan jadi milik mereka. (Karena AI) Siapa pun bisa mengambilnya begitu saja,” kata McCartney.
Ia juga menyampaikan bahwa saat lagu mereka masuk ke platform streaming, ada pihak yang menerima uangnya, padahal seharusnya yang dapat adalah si pencipta. “Seharusnya uang itu tidak lari ke raksasa teknologi entah di mana. Ada yang dibayar. Kenapa bukan orang yang susah payah menulis ‘Yesterday’ yang dapat bayarannya?” lanjutnya.
Album Is This What We Want? juga mencantumkan nama-nama musisi besar lainnya seperti The Clash, Kate Bush, Hans Zimmer, Billy Ocean, Cat Stevens, dan Damon Albarn. Proyek ini menunjukkan dukungan luas dari komunitas musik terhadap isu perlindungan hak cipta dan keadilan bagi para seniman.
Adapun keuntungan dari penjualan album ini akan disumbangkan ke badan amal Help Musicians. Ini merupakan bentuk dukungan nyata dari para musisi terhadap isu yang sedang marak dibicarakan di kalangan industri musik.
Tujuan Proyek dan Dampak yang Diharapkan
Proyek ini tidak hanya sekadar karya seni, tetapi juga pesan kuat terhadap dunia teknologi dan perusahaan AI. Dengan menggunakan suara hening, McCartney dan kawan-kawan sejawatnya ingin menunjukkan bahwa karya musik yang dihasilkan manusia memiliki nilai yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Mereka berharap proyek ini bisa memicu diskusi lebih luas tentang regulasi dan etika dalam penggunaan AI di bidang kreatif.
Selain itu, proyek ini juga menjadi bentuk solidaritas antara musisi senior dan muda. Dengan bergabungnya nama-nama besar dalam album ini, mereka menunjukkan bahwa isu ini tidak hanya relevan bagi musisi muda, tetapi juga bagi seluruh komunitas musik yang peduli terhadap keadilan dan hak cipta.
Peran Musisi dalam Perlindungan Hak Cipta
Musisi seperti McCartney memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak cipta dan keadilan bagi sesama seniman. Mereka tidak hanya menciptakan karya, tetapi juga berusaha melindungi hak cipta yang telah mereka perjuangkan selama bertahun-tahun. Dengan proyek ini, McCartney dan rekan-rekannya memberi contoh bahwa seniman harus tetap aktif dalam membela hak-hak mereka, terlepas dari perubahan teknologi yang semakin cepat.
Proyek ini juga menjadi pengingat bahwa kreativitas manusia memiliki nilai yang tak ternilai. Meskipun AI bisa meniru gaya musik tertentu, ia tidak bisa menggantikan jiwa dan emosi yang terkandung dalam karya seni yang dihasilkan oleh manusia.
Kesimpulan
Album Is This What We Want? tidak hanya menjadi karya seni yang unik, tetapi juga menjadi pernyataan politik dan sosial. Dengan partisipasi Paul McCartney dan musisi lainnya, album ini menunjukkan bahwa isu hak cipta dan keadilan bagi seniman harus diangkat sebagai prioritas. Dengan demikian, proyek ini diharapkan bisa menjadi awal dari perubahan positif dalam dunia musik dan teknologi.







