Prospek Emiten Kesehatan di Tengah Rencana Anggaran 2026
Pembiayaan sektor kesehatan yang dialokasikan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2026 senilai Rp114 triliun memberi harapan positif bagi emiten sektor kesehatan. Dua industri yang paling terdampak adalah rumah sakit dan farmasi, karena tingginya eksposur terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Menurut analis dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, salah satu alokasi dana terbesar akan dialokasikan ke BPJS sebesar Rp59 triliun. Hal ini akan sangat menguntungkan perusahaan rumah sakit yang memiliki hubungan kuat dengan BPJS. Dalam laporan keuangan semester pertama 2025, beberapa emiten rumah sakit menunjukkan eksposur yang beragam terhadap BPJS. Contohnya, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) mencatatkan piutang usaha dari BPJS sebesar Rp665,73 miliar, turun dari Rp726,82 miliar pada Desember 2024. Sementara itu, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) memiliki piutang usaha dari BPJS sebesar Rp136,88 miliar, turun dari Rp151,19 miliar pada Desember 2024.
Selain pengaruh dari anggaran BPJS, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 5,6% pada 2026. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat akan meningkat, sehingga konsumen lebih cenderung melakukan tindakan kuratif terhadap kesehatannya. Hal ini akan memberi manfaat kepada industri farmasi.
Nafan merekomendasikan saham HEAL dengan target harga Rp1.775 per lembar. Saat ini, harga saham HEAL berada di Rp1.760 per lembar, sehingga potensi kenaikannya sebesar 0,85%. Selain itu, Reydi Octa, seorang pengamat pasar modal, menyatakan bahwa emiten rumah sakit dengan eksposur besar terhadap BPJS akan terpengaruh positif dari rencana anggaran ini. Emiten farmasi pelat merah juga diprediksi akan terbantu, meskipun masih menghadapi tantangan seperti ketergantungan impor dan sensitivitas terhadap kurs.
Reydi merekomendasikan saham HEAL karena memiliki eksposur yang cukup besar terhadap BPJS, CoB, dan skema KRIS. Selain itu, emiten lain yang dapat dipertimbangkan antara lain KLBF, MIKA, dan SILO.
Kinerja Emiten Kesehatan Semester I/2025
Kinerja emiten rumah sakit Tanah Air pada semester I/2025 menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa mencatatkan pertumbuhan, sementara lainnya masih menghadapi tekanan.
Medikaloka Hermina (HEAL)
HEAL membukukan pendapatan naik sebesar 1,32% YoY menjadi Rp3,38 triliun pada semester I/2025. Pendapatan utama datang dari pengoperasian rumah sakit di Pulau Jawa sebesar Rp2,89 triliun. Meskipun pendapatan meningkat, beban pokok pendapatan juga naik hingga 9,90% YoY menjadi Rp2,26 triliun. Akibatnya, laba bersih HEAL turun sebesar 34,47% YoY menjadi Rp224,84 miliar.
Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA)
MIKA mencatatkan kinerja yang solid dengan pendapatan naik 4,52% YoY menjadi Rp2,56 triliun. Laba bersih MIKA juga meningkat sebesar 6,52% YoY menjadi Rp639,72 miliar. Eksposur terhadap BPJS MIKA mencatatkan piutang usaha sebesar Rp136,88 miliar pada Juni 2025.
Bundamedik (BMHS)
BMHS justru mengalami penurunan pendapatan sebesar 3,4% YoY menjadi Rp757,79 miliar. Laba bersih BMHS turun hingga 64,31% YoY menjadi Rp3,90 miliar. Piutang dari perusahaan asuransi meningkat menjadi Rp79,35 miliar pada Juni 2025.
Sarana Meditama (SAME)
SAME mencatatkan kinerja yang solid dengan pendapatan naik 3,22% YoY menjadi Rp875,02 miliar. Laba bersih SAME meningkat signifikan menjadi Rp14,29 miliar dari kerugian Rp5,02 miliar pada periode yang sama 2024. Piutang usaha dari BPJS meningkat menjadi Rp79,76 miliar pada Juni 2025.
Dengan adanya alokasi anggaran sektor kesehatan yang besar, prospek emiten sektor kesehatan tampak cerah. Namun, tetap ada tantangan yang harus dihadapi, seperti ketergantungan pada impor dan efisiensi operasional.