InfoMalangRaya.com– Ratusan pengungsi Suriah di Libya berbondong-bondong mendatangi sebuah agen perjalanan di Tripoli, hari Sabtu (26/10/2025), untuk memanfaatkan tawaran tiket gratis ke Damaskus, lapor jurnalis AFP.
Sampai tengah hari, lebih dari 700 orang Suriah, kebanyakan dari mereka sudah tinggal bertahun-tahun di Libya setelah menyelamatkan diri dari perang saudara, datang untuk mengambil tiket dan izin bepergian dari sebuah agen perjalanan yang diberi amanat oleh pemerintah baru di Damaskus, uang menggulingkan kekuasaan Bashar Assad pada Desember 2024.
Keseluruhan, sudah ribuan orang memanfaatkan tawaran tiket gratis itu sejak diumumkan pertama kali oleh Kementerian Luar Negeri Suriah.
Walid Hamud, pengungsi berusia 32 tahun yang tiba di Libya lima tahun silam, mengakui bahwa situasinya belum “stabil” di negeri asalnya. Meskipun demikian dia ingin pulang, sambil berharap ada peluang untuk kembali ke Libya untuk bekerja dan bermukim secara legal.
Temannya sesama pengungsi Rami Hassun pergi meninggalkan Provinsi Idlib pada 2020 karena nyawanya terancam.
“Sekarang, Suriah sedang mengupayakan perdamaian dan dalam situasi yang lebih baik dari sebelumnya. Kami akhirnya bisa kembali ke negeri asal, Alhamdulillah,” katanya kepada AFP.
Sesampainya di kampung halaman, “kami akan bekerja keras dan membangun kembali semuanya, karena terjadi kerusakan di mana-mana,” kata Mahmud Nasr al-Din, yang mengungsi ke Libya sejak tiga tahun silam.
Din mengatakan dirinya berharap ada permintaan tenaga kerja di negerinya, karena kemungkinan untuk kembali ke Libya akan sulit mengingat Suriah belum memiliki kedutaan besar yang berfungsi penuh di negeri jiran di Afrika Utara itu.
Pada pertengahan Agustus, sebuah delegasi dari Damaskus secara simbolis membuka kembali Kedutaan Besar Suriah, yang ditutup pada 2012, tetapi sampai saat ini belum memberikan layanan konsuler.
Sementara tidak ada sensus resmi terkait orang Suriah yang tinggal di Libya, ribuan keluarga diketahui sudah bermukim di sana selama puluhan tahun, dengan ribuan orang lainnya tiba sejak pecah perang saudara pada 2011 – yang banyak di antara mereka berharap bisa menyeberangi Laut Mediterania untuk mencapai Eropa.*







