Infomalangraya.com— Di bawah terik matahari pagi yang mulai meninggi, suara hentakan kaki dan teriakan komando menggema di Lapangan Ditsamapta Polda Sulawesi Tengah. Sebanyak 337 personel polisi dari berbagai satuan kerja tengah menjalani ujian beladiri Polri — sebuah ritual tahunan yang tak hanya menguji fisik, tapi juga semangat dan integritas.
Bagi sebagian orang, ujian ini hanyalah syarat administratif menuju kenaikan pangkat periode 1 Januari 2026. Namun bagi para peserta, setiap gerakan pukulan dan tangkisan menjadi simbol perjalanan panjang di tubuh Kepolisian Republik Indonesia — perjalanan yang ditempa dengan disiplin dan dedikasi.
“Ini bukan sekadar formalitas,” ujar Kompol Reky P.H. Moniung, Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Sulteng, dengan nada tegas. “Beladiri adalah refleksi kesiapan seorang anggota Polri menghadapi ancaman di lapangan. Setiap orang harus mampu melindungi diri dan masyarakat.”
Menurut data yang dirilis Bidang Humas, peserta ujian terdiri dari berbagai tingkatan kepangkatan. Di jajaran perwira, 17 orang akan naik dari Iptu ke AKP dan 35 dari Ipda ke Iptu. Sementara di tingkat bintara, terdapat 73 Bripka yang siap naik menjadi Aipda, dan 55 Brigpol yang bersiap menuju jenjang Bripka. Bahkan, dua Bharada muda tampak bersemangat menghadapi ujian menuju pangkat Bharatu.
Lapangan Ditsamapta pagi itu menjadi saksi dari ketegangan yang tertata rapi. Setiap peserta diwajibkan menampilkan serangkaian teknik — mulai dari gerakan dasar beladiri, kuncian, hingga manuver responsif menghadapi serangan. Tim penguji, yang terdiri dari instruktur bersertifikat, menilai dengan tatapan tajam namun objektif.
“Semua diuji tanpa kompromi,” kata salah satu instruktur yang enggan disebutkan namanya. “Kami tidak mencari yang paling kuat, tapi yang paling siap — baik fisik maupun mental. Polisi di lapangan tidak punya kesempatan untuk salah langkah.”
Dalam suasana yang penuh konsentrasi, semangat kolektif terasa kuat. Setiap rekan memberi dukungan satu sama lain, menyadari bahwa keberhasilan seorang anggota adalah cerminan kekompakan seluruh institusi. Beberapa peserta tampak menahan napas setelah serangkaian gerakan, namun tak satu pun terlihat menyerah.
Polda Sulteng dalam beberapa tahun terakhir memang menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia. Ujian beladiri kini bukan sekadar formalitas administrasi, tetapi menjadi indikator kesiapan personel menghadapi tugas yang kian kompleks — mulai dari pengamanan demonstrasi hingga operasi penegakan hukum di wilayah rawan konflik.
“Pembinaan karier di Polri tidak hanya soal lama dinas,” ujar Kompol Reky lagi. “Kami ingin memastikan setiap anggota layak secara moral, mental, dan fisik. Kenaikan pangkat adalah bentuk penghargaan bagi mereka yang benar-benar siap mengemban tanggung jawab lebih besar.”
Saat ujian berakhir, peluh menetes di wajah para peserta, bercampur antara lelah dan lega. Tak ada sorak kemenangan, hanya saling menepuk bahu — tanda solidaritas yang khas di tubuh kepolisian. Di balik ujian ini, terselip pesan yang lebih besar: bahwa kekuatan seorang polisi tidak hanya terletak pada seragam dan pangkatnya, tetapi pada disiplin yang dibangun dari keringat, komitmen, dan semangat melayani.***