Infomalangraya.com –
Pipa kontroversial itu untuk mengangkut minyak mentah Uganda ke pasar luar negeri ketika mulai berproduksi pada 2025.
Republik Demokratik Kongo telah memulai diskusi dengan negara tetangga Uganda untuk kemungkinan penggunaan pipa minyak mentah yang direncanakan negara Afrika Timur itu untuk mengekspor minyak bumi, kata kementerian hidrokarbon DRC.
Uganda sedang mengembangkan Pipa Minyak Mentah Afrika Timur (EACOP) senilai $3,5 miliar sepanjang 1.445 km (898 mil) yang akan dimulai dari ladang minyak di cekungan keretakan Albertine di perbatasan baratnya dengan DRC hingga pelabuhan Tanga di Samudera Hindia di Tanzania.
Jalur pipa yang kontroversial adalah untuk mengangkut minyak mentah Uganda ke pasar internasional ketika mulai berproduksi pada tahun 2025.
Kementerian Hidrokarbon DRC mengatakan dalam pernyataan Twitter pada Selasa malam bahwa menterinya, Didier Budimbu, bertemu dengan Menteri Energi Uganda Ruth Nankabirwa Ssentamu, dengan diskusi yang melibatkan akses ke jalur pipa.
“Uganda mengakui persyaratan penting DRC untuk mengakses Pipa Minyak Mentah Afrika Timur (EACOP) untuk pengangkutan minyak mentah yang akan diproduksi dari blok eksplorasi minyak yang terletak di Albertine Graben di Republik Demokratik Kongo,” bunyi pernyataan itu.
DRC dan Uganda berbagi cekungan Albertine Graben yang kaya minyak.
Tim teknis dari kedua belah pihak akan membahas dan menyiapkan laporan untuk disampaikan kepada kedua menteri yang kemudian akan memberi pengarahan kepada presiden negara tentang penandatanganan Nota Kesepahaman, menurut pernyataan itu.
Seorang juru bicara menteri energi Uganda mengkonfirmasi pembicaraan tersebut dan mengatakan EACOP telah dirancang untuk kemungkinan digunakan oleh tetangga Uganda termasuk DRC dan Sudan Selatan. Uganda dan tetangganya Tanzania juga yakin mereka akan mendapatkan pendanaan untuk pipa ekspor minyak mentah yang direncanakan.
Tahun lalu, DRC melelang 30 blok minyak dan gas, meskipun para pecinta lingkungan mengatakan pengembangan beberapa blok akan membuka area yang sensitif secara ekologis dan melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Konservasionis Uganda terkemuka seperti Vanessa Nakate dan Bill McKibben dari Uganda berbicara menentang EACOP dan mendukung kampanye yang disebut #StopEACOP untuk mencegah perusahaan asuransi dan bank mendanai proyek tersebut.