Tim Kajian dan Pemugaran Gunung Padang Mengumpulkan Ahli dari Berbagai Disiplin Ilmu
Ketua tim kajian dan pemugaran Gunung Padang, Ali Akbar, sedang mempersiapkan rencana untuk mengumpulkan para peneliti dari berbagai bidang ilmu. Tujuannya adalah melakukan rekonstruksi terhadap situs cagar budaya yang terletak di Cianjur, Jawa Barat. Situs ini memiliki usia ribuan tahun, dan meskipun sebagian masih dalam kondisi baik, beberapa bagian sudah mulai rusak, bahkan rubuh di beberapa titik. Oleh karena itu, fokus utama adalah melestarikan struktur tersebut agar bisa bertahan lebih lama.
Pada tahap awal, tim akan mengumpulkan seluruh riset yang pernah dilakukan terkait Gunung Padang, termasuk penelitian yang sempat menimbulkan perdebatan atau kontroversi. “Kita akan memeriksa semuanya secara perlahan,” ujar Ali Akbar. Ia juga mengajak para ahli dari berbagai bidang seperti arkeologi, sejarah, dan tradisi lisan untuk menggali informasi dari cerita rakyat yang berkaitan dengan situs ini.
Selain itu, ahli geografi turut serta dalam proyek ini untuk melakukan pemetaan darat dan udara menggunakan teknologi LiDAR (light detection and ranging). Para ahli lainnya berasal dari bidang geologi, teknik sipil, arsitektur, dan planologi. Tim ini tidak hanya terdiri dari lembaga riset, tetapi juga melibatkan profesional dan akademisi dari berbagai universitas, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Trisakti. Bahkan, ahli pemugaran dari Universitas Hasanuddin di Makassar juga ikut berpartisipasi.
Ali Akbar menyebutkan bahwa saat ini tim terdiri dari 80 orang, termasuk 12 ahli yang menjadi ketua dari masing-masing sub-tim sesuai bidang keahlian mereka. Beberapa nama peneliti yang terlibat antara lain arkeolog Yadi Mulyadi, arsitek Pon Purajatnika, dan Taqyuddin, yang pernah terlibat dalam penelitian tentang Gunung Padang sebagai bangunan piramida.
Tim kajian dan pemugaran Gunung Padang dibentuk oleh Kementerian Kebudayaan melalui surat keputusan yang dikeluarkan pada 13 Agustus 2025. Ali Akbar berharap pemerintah tidak memberi batasan waktu terlalu ketat agar tim dapat bekerja dengan tenang dan mencapai tujuan jangka panjang, yaitu menjaga kelestarian struktur situs tersebut. Ia mencontohkan, di sisi barat situs sudah terjadi longsoran sehingga banyak batu yang jatuh.
Rekonstruksi Gunung Padang, menurut Ali Akbar, mirip dengan proses pemugaran pada candi-candi besar seperti Borobudur. Saat ditemukan pertama kali, candi-candi tersebut dalam kondisi berantakan dan roboh. Proses pemugaran dimulai dengan menggambar ulang, merekam foto, dan memperhatikan detail-detail kecil sebelum menentukan bagian mana yang perlu diperkuat.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa tujuan pemugaran adalah membuat situs Gunung Padang lebih terawat dengan kaidah tertentu. Ia merujuk pada metode yang digunakan untuk Candi Borobudur dan Candi Prambanan. “Kita akan mencoba mengembalikan bentuk aslinya, namun karena tidak ada blue print-nya, maka tidak mungkin sepenuhnya sama,” katanya.
Rencananya, pemugaran akan dilakukan pada tahun ini dengan skema public private partnership. Menurut Fadli Zon, upaya pemugaran bisa dimulai dari struktur yang ada. “Batu-batu yang rebah bisa didirikan kembali sesuai hasil kajian arkeologinya,” ujarnya. Selain itu, riset lanjutan tentang Situs Gunung Padang akan menjadi tanggung jawab Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Dari hasil integrasi studi yang telah dilakukan, tim kajian dan pemugaran akan meminta masukan dari para ahli yang mengetahui atau peduli tentang Gunung Padang. Setelah itu, tim akan menggunakan hasil kajian tersebut untuk melakukan rekonstruksi yang diperkirakan akan dimulai pada akhir tahun ini.