Malang (IMR) – Rencana ambisius Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk mendirikan universitas bertaraf internasional dengan menggandeng sembilan kampus top dunia menuai respons kritis dari kalangan akademisi. Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., mempertanyakan prioritas penggunaan dana besar yang dimiliki Danantara.
Menurut Rektor UB, dana tersebut seharusnya lebih difokuskan untuk membangun dan memperkuat ekosistem industri nasional yang saat ini masih sangat dibutuhkan Indonesia
“Kami sangat berharap kepada pemerintah, dengan dana antara yang begitu besar dan cita-citanya untuk industrialisasi, justru di situlah seharusnya dana tersebut digunakan,” ujar Prof. Widodo saat ditemui di sela-sela acara Olimpiade Vokasi Indonesia di Malang, beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan bahwa industrialisasi tidak akan pernah maju jika hanya berdiri sendiri tanpa dukungan ekosistem yang solid, mencakup industri pendukung, ketersediaan bahan baku, hingga regulasi yang pro-bisnis.
“Dana antara harusnya masuk di situ. Tetapi kemarin (mereka) katanya membuat universitas. Kalau tujuannya bagus untuk meningkatkan SDM, saya kira bagus. Tapi, harusnya Danantara memikirkan bagaimana industrialisasi ini mulai dibentuk ekosistemnya. Roadmap-nya menjadi bagian penting,” tegasnya.
Komentar ini menjadi sorotan di tengah pengumuman Danantara yang akan berkolaborasi dengan universitas ternama seperti Tsinghua University, Stanford University, dan Columbia University untuk menciptakan program spesialisasi di bidang Artificial Intelligence (AI) dan teknologi masa depan.
Langkah Kontras: UB Bangun Kampus Vokasi Megah di Kepanjen
Seolah menjawab kritiknya dengan aksi nyata, Rektor Widodo memaparkan langkah besar yang sedang diambil oleh Universitas Brawijaya. UB saat ini tengah memulai pembangunan kampus baru yang akan menjadi pusat pendidikan vokasi di Kepanjen, Kabupaten Malang.
Tidak tanggung-tanggung, proyek ini dibangun di atas lahan seluas 30 hektare dengan alokasi anggaran awal mencapai Rp115 miliar untuk pembangunan satu gedung di tahun ini saja.
“Tahun ini Insya Allah sudah mulai pembangunan kampusnya di Kepanjen. Target kami, tahun depan sebagian sudah bisa digunakan, paling tidak tahun 2027 sudah beroperasi penuh,” jelasnya.
Pembangunan kampus di Kepanjen ini didasari oleh kebutuhan lahan yang luas untuk membangun pusat keunggulan dan laboratorium representatif yang sudah tidak memungkinkan di kampus utama UB di Kota Malang.
Menjawab tantangan untuk meramaikan kampus yang berlokasi di sisi selatan Malang, UB telah menyiapkan strategi jitu. Menurut Rektor, mahasiswa saat ini sangat mempertimbangkan kualitas fasilitas, kenyamanan lingkungan belajar, dan relevansi program studi.
“Kami akan memberikan fasilitas yang bagus, kampus yang nyaman dan indah, serta membuka program-program studi yang relevan dengan perkembangan zaman dan menyiapkan teknologi masa depan (the future technology),” ungkapnya menegaskan. (dan/but)