Infomalangraya.com –
Share
Tweet
Share
Share
Email
“Barbie is Everything“, “Barbie adalah segalanya”, itu tagline yang dipasang oleh Warner Bros. Pictures untuk memperkenalkan film besutan sutradara Greta Gerwig (“Little Woman“, “Lady Bird“) dan naskah yang dibantu penulisannya oleh sang suami, Noah Baumbach (“Marriage Story“, “Frances Ha“) ini.
Tak ayal, disepanjang film, Barbie benar-benar dijadikan bintang utama. Barbie lah yang memiliki Barbie dream house, memiliki pekerjaan dengan jenjang karir jelas, dan mobil convertible berwarna pink yang ia kemudikan kemanapun ia ingin. Sementara itu, Ken hanyalah Ken. Sebuah karakter pelengkap yang hidupnya akan berarti hanya jika ia berhasil mendapatkan perhatian Barbie. Lalu, seperti apa dinamika kehidupan mereka di Barbie Land?
Barbie Land adalah tempat tinggal para Barbie dan Ken. Yang menarik, meski ada beberapa jenis Barbie (Writer Barbie, Journalist Barbie, Lawyer Barbie, Doctor Barbie, Builder Barbie, President Barbie, etc.) di dunia khayalan ini hanya ada satu jenis Ken. Semua Ken hanyalah Ken yang pekerjaannya “Beach”. Para Ken tidak memiliki pekerjaan lain ataupun posisi penting di pemerintahan Barbie Land. Sangat bertolak belakang dengan kondisi di Real World, alias di dunia nyata. Dimana para pria mendominasi posisi-posisi penting di pemerintahan dan organisasi perusahaan.
Hal ini pula lah yang disadari oleh stereotypical Ken (Ryan Gosling, “La La Land“), saat ia mengikuti stereotypical Barbie (Margot Robbie, “Suicide Squad“) ke dunia nyata. Ken yang tadinya docile dan masuk kategori himbo, kini memiliki mimpi untuk merubah Barbie Land yang didominasi para Barbie, menjadi dunia dudebro yang dikuasai para Ken.
Tentu saja, disaat Ken memiliki epiphany ini, stereotypical Barbie tengah berjuang untuk mengembalikan anomali-anomali yang ia alami menjadi normal kembali. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Barbie dalam usahanya tersebut, termasuk kejaran dari pihak Mattel yang menginginkan stereotypical Barbie untuk kembali ke dunia khayalan di Barbie Land. Berhasilkah mereka?
Film “Barbie” sudah jelas bukan film anak-anak. Ada banyak elemen yang hanya orang dewasa bisa cerna, mulai dari dark jokes, feminism, hingga sisi ekstrim patriarki di dalam kehidupan nyata. Greta Gerwig sukses menuangkan dan menyampaikan semua ide dan unek-uneknya tersebut dalam balutan banjir pink dunia Barbie.
Penonton pun bisa merasakan sindiran satir dan komentar sosial yang coba diangkat Gerwig dalam film berdurasi 1 jam 54 menit ini. Yang menarik, performa para aktor dan aktris yang hadir sungguh memukau. Margot Robbie benar-benar menjadi bintang dalam film ini. Ia mampu menyampaikan perkembangan emosi dari full hermes smile Barbie, hingga menjadi self conscious anxiety laden Barbie.
Belum lagi kualitas akting Sasha (Ariana Greenblatt, “Avengers: Infinity War“) yang menjadi proxy untuk Greta Gerwig sendiri di film ini. Ia bisa menyampaikan semua sudut pandang feminisme dengan sangat articulate. Ryan Gosling juga benar-benar merengkuh perannya sebagai cringe Ken. Meski butuh semua kekuatan dunia untuk bisa menghindarkan pandangan dari pecs Ken yang selalu mengintip, Gosling tak setengah-setengah dalam mendalami perannya.
Jika ada kekurangan mungkin ada di pihak Will Ferrel (“Anchorman: The Legend of Ron Burgundy“) dan para pria berbaju hitam di Mattel. Ya, memang mereka dirancang untuk tampil dan bertingkah seperti itu. Namun tingkat dumbdownery yang diberikan terlalu ekstrim, sehingga membuat penonton merasa cringe murni, alih-alih terhibur.
Selain kekurangan yang satu itu, bisa dibiliang “Barbie” adalah film yang cukup sempurna. Ia lucu, menghibur sekaligus mendidik. Jika kamu suka dengan Barbie, atau fans berat film-film Greta Gerwig, maka “Barbie” adalah tontonan wajib untuk disaksikan akhir minggu ini! “Barbie” sudah tayang dan bisa ditonton di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia!
Jangan lupa untuk LIKE kita di Facebook, Follow Twitter dan Instagram TipsPintar.com. Ditambah lagi, biar gak ketinggalan video-video menarik dari kita, jangan lupa Subcribe YouTube Channel TipsPintar.com