Ribuan Tentara Menolak Lapor, Rencana ‘Israel’ Lanjutkan Genosida Gaza Kacau

InfoMalangRaya.com – Banyaknya tentara cadangan yang tidak melapor untuk bertugas menyebabkan militer ‘Israel’ berada dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebuah laporan dari Haaretz mengungkapkan bahwa hampir separuh dari tentara cadangan di beberapa unit tidak memenuhi panggilan. Penurunan partisipasi ini mengganggu kemampuan penjajah ‘Israel’ untuk melanjutkan genosida di Gaza.

Amos Harel, jurnalis militer Haaretz, mengungkapkan tentara ‘Israel’ sendiri memperkirakan bahwa separuh dari pasukan cadangan di beberapa unit belum melapor untuk bertugas.

Sementara itu, pihak militer berusaha menyembunyikan masalah ini, karena jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa 70% publik ‘Israel’ menentang dimulainya kembali operasi militer.

Hal ini semakin menegaskan krisis mendalam yang dihadapi tentara ‘Israel’ untuk pertama kalinya. Ada risiko yang semakin besar bahwa beberapa tentara cadangan tidak akan melapor untuk bertugas jika pemerintah memutuskan untuk melanjutkan genosida.

Menteri Keuangan ‘Israel’ Bezalel Smotrich menepis kekhawatiran mengenai krisis ini, dan mendesak para prajurit cadangan untuk mempersiapkan diri untuk pengerahan lebih banyak lagi. Namun, para analis militer berpendapat bahwa para pemimpin politik tidak peduli dengan ketidaksediaan yang semakin meningkat di kalangan tentara.

Selain masalah internal, ‘Israel’ juga sedang menghadapi masalah diplomatik dengan sekutunya, Amerika. Menurut sejumlah laporan media, AS telah membuka pembicaraan rahasia dengan Hamas melalui utusan Presiden Donald Trump, Adam Boehler.

Harel mencatat, “Trump masih berharap akan adanya kesepakatan. Ia mengancam Hamas dengan aksi militer namun tidak menutup kemungkinan untuk bernegosiasi.” Rencana AS tersebut dilaporkan sejalan dengan proposal Mesir yang dibahas di Kairo minggu lalu. Proposal tersebut mencakup gencatan senjata, penarikan Israel secara penuh dari Gaza, pemulangan seluruh tawanan ‘Israel’, dan rekonstruksi Gaza di bawah pemerintahan Palestina yang teknokratis.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *