RS Prasetya Husada Klaim Penanganan Sudah Sesuai SOP, Dokternya Masih Bingung Tentukan Penyebab Kematian

MALANG RAYA313 Dilihat

InfoMalangRaya – Manajemen Rumah Sakit (RS) Prasetya Husada, di Jalan Raya Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, yang menangani pasien Alvito Ghaniyyu Maulidan (6). Mengeklaim telah melakukan penanganan pada pasien tersebut sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Direktur RS Prasetya Husada, dr Prima Evita., MMR menyatakan, pihaknya telah melakukan penanganan pada pasien tersebut sesuai SOP. Kemudian berdasarkan hasil audit internal, juga tidak ditemukan pelanggaran.

“Saya tegaskan penanganan Alvito sudah sesuai SOP. Mulai pasien datang, semua sudah mengikuti prosedur yang sesuai,” kata Prima, Kamis (22/6).

Seperti diberitakan sebelumnya, Alvito meninggal di RS tersebut diduga karena adanya malpraktik. Sebab tak lama setelah disuntik obat oleh petugas kesehatan di RS tersebut, Alvito kejang-kejang. Hingga akhirnya meninggal dunia. Pihak keluarga mengaku, tidak dimintai persetujuan RS dan tidak mengetahui obat apa yang disuntikkan ke Alvito.

“Seluruh pasien baik rawat jalan atau inap diawal sudah kami beri general consent. Artinya setiap pasien atau keluarga yang bersangkutan, menyetujui tindakan atau terapi yang akan diberikan oleh pihak RS,” kata Prima.

Dengan adanya kebijakan tersebut, dia mengatakan, petugas kesehatan tidak perlu lagi meminta persetujuan ketika melakukan tindakan urgent. Menurutnya, apabila setiap tindakan harus meminta persetujuan dan tanda tangan. Proses penanganan pasien akan lama.

Lebih lanjut, perihal CCTV, Prima menjelaskan, jika setelah dilakukan akreditasi. Untuk menjaga privasi setiap pasien, pihaknya tidak diperkenankan mengaktifkan CCTV di ruang tindakan.

“Ini dilakukan untuk menjaga privasi apabila ada pasien wanita. Dengan adanya ketentuan itu, maka di ruang tindakan CCTV sudah tidak kami gunakan. Namun untuk CCTV mulai pasien datang dan mendaftar masih ada,” bebernya.

Sementara itu, dokter sepesial anak RS Prasetya Husada, dr Agung Prasetyo Wibowo SpA mengatakan, pada kasus itu dirinya menjadi konsuli untuk pasien tersebut. Saat datang ke RS, anak tersebut mengeluhkan muntah dan sulit makan. Hingga kondisinya lemas namun masih sadar.

“Dengan kondisi tersebut, pasien didiagnosa terkena infeksi pencernaan dengan dehidrasi berat. Sesuai SOP anak tersebut langsung dilakukan pemasangan infus,” jelas dia.

Namun ternyata, lanjut Agung, proses pemasangan infus tidak berjalan mulus. Dimana dalam proses pemasangannya berjalan cukup lama. Infus baru terpasang setelah dilakukan upaya selam satu jam. Setelah infus berhasil dipasang, anak tersebut muntah-muntah.

“Sesuai SOP dengan menimbang kondisi anak muntah-muntah. Kami beri obat muntah,” katanya.

Selang beberapa saat, dirinya dihubungi oleh dokter UGD. Menyampaikan jika kondisi pasien dehidrasi berat namun masih sadar. Dengan kondisi tersebut, Agung mengaku kebingungan.

“Secara umum anak-anak dengan dehidrasi berat kondisinya tidak sadar. Namun yang ini kondisinya masih sadar dan tangannya dingin. Dengan adanya kondisi seperti itu, saya sangat heran,” katanya.

Menurutnya, kondisi tersebut lazim terjadi pada anak yang syok. Atau mengalami gangguan peredaran darah yang cukup untuk dipompa menuju jantung. Dengan kondisi tersebut, Agung mengaku bimbingan untuk mengambil keputusan.

“Walaupun saya spesialis anak, saya agak bimbang. Ini kasusnya agak susah,” sebutnya.

Dalam situasi tersebut, Agung terus menimbang-nimbang infus apa yang harus diberikan kepada anak tersebut. Belum selesai mengambil keputusan, dirinya sudah dihubungi lagi oleh dokter UGD. Dari sambungan ponsel, Agung mengatakan jika mendengar anak tersebut teriak-teriak karena kejang.

“Saya langsung instruksikan dokter UGD untuk melakukan evaluasi ulang. Karena situasi dan kondisi pasien cepat berubah,” ujarnya.

Setelah dilakukan evaluasi, ternyata ditemukan ada henti jantung. Sesuai SOP pihaknya langsung melakukan bantuan pernafasan dan pijat jantung. Kemudian dokter UGD juga sudah memasang monitor. Dalam monitor itu denyut jantungnya sudah tidak ada.

“Ketika ada kondisi seperti itu, sesuai SOP dilakukan bantuan dasar pijat jantung dan dilakukan adrenalin,” kata dia.

Saat itu, menurut Agung, kondisi pasien sudah cukup buruk dan resiko meninggal cukup tinggi. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang dokter spesialis anak, ketika menghadapi pasien dengan kondisi serupa, sangat jarang tertolong.

“Meski kondisi sudah buruk, kami masih berupaya melakukan pertolongan. Dengan melakukan pijat jantung, bantuan nafas dan pemberian obat. Kemudian ketika dilakukan evaluasi, masih tidak ada respon denyut jantung. Proses tersebut terus kami lakukan hingga pukul 01.30 WIB. Hingga akhir pasien dinyatakan meninggal,” ujar dia.

Sementara itu, ketika disinggung apa penyebab pasti kematian Alvito, Agung mengatakan dirinya masih sedikit bingung. Dia hanya memastikan ada henti jantung mendadak. Dia menduga, henti jantung mendadak karena ada gangguan irama jantung.

“Apakah hal tersebut ada korelasinya dengan dehidrasi berat sebelumnya. Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Karena kondisi berlalu sangat cepat,” bebernya.

Lebih lanjut, saat disinggung obat apa yang disuntikkan ke pasien, Agung mengatakan, jika pihaknya hanya memberikan obat suntik anti muntah dan obat lambung. Katanya, obat tersebut merupakan obat yang lazim diberikan ke pasien lain.

“Sebab itu, saya tidak yakin atau berpikiran, bukan karena obat tersebut penyebabnya. Perawat menyuntikkan obat juga sesuai SOP. Yang salah jika tidak ada keluhan lalu disuntik. Sedangkan yang ini, ada keluhan muntah,” jelasnya.

Seperti diketahui, dugaan malapraktik ini terungkap dari pengakuan ayah Alvito, Imam Jazuli. Dengan adanya hal tersebut, dia menyayangkan respon rumah sakit yang terkesan lelet. Padahal, anaknya kondisi kejang-kejang hingga tubuhnya membiru.

“Kondisi anak saya itu sudah kritis, kejang-kejang, meronta-ronta gitu. Tapi respon dari rumah sakit seperti santai-santai saja. Terus terang saya waktu itu sudah panik,” tuturnya.

Hingga saat ini, Imam mengaku belum puas dengan respon tindak lanjut dari pihak RS. Karena masih banyak hal yang mengganjal. Apalagi, sebelumnya anaknya juga masih terlihat segar bahkan masih bisa ikut latihan pencak silat dan bermain sepak bola.

“Kalau pihak RS bilang begitu, ya sudah itu ranahnya RS. Saya akan terus melakukan tindak lanjut lagi. Agar perkara tanggungjawab nyawa orang ini bisa benar-benar selesai,” tutupnya. (Ananto Wibowo)
The post RS Prasetya Husada Klaim Penanganan Sudah Sesuai SOP, Dokternya Masih Bingung Tentukan Penyebab Kematian appeared first on infomalangraya.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *