Rupiah Diproyeksikan Melemah Lagi Pada Hari Ini
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, 30 Juli 2025. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai sentimen eksternal yang masih memengaruhi pasar keuangan global. Sebelumnya, rupiah di pasar spot ditutup melemah sebesar 0,28% menjadi Rp 16.409 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 29 Juli 2025. Sementara itu, rupiah Jisdor juga turun sebesar 0,36% menjadi Rp 16.399 per dolar AS.
Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah dan mata uang lainnya terjadi setelah adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kesepakatan ini dinilai lebih menguntungkan pihak AS, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Lukman menyampaikan bahwa para investor mulai khawatir terkait potensi kesepakatan serupa antara AS dan Tiongkok. Jika hal ini terjadi, maka akan memperumit perdagangan serta prospek ekonomi global secara keseluruhan. Ia menegaskan bahwa situasi ini dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
Pada hari ini, pelaku pasar akan memantau dua agenda penting dari AS, yaitu rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 dan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Data PDB diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan. Hasil rapat FOMC juga menjadi perhatian utama karena akan memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed.
Jika ketua The Fed, Jerome Powell, mempertahankan sikap hawkish atau pro-kenaikan suku bunga, maka tekanan terhadap rupiah bisa terus berlanjut. Sikap ini biasanya membuat investor cenderung menghindari aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Berdasarkan analisis tersebut, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak dalam kisaran antara Rp 16.350 hingga Rp 16.500 per dolar AS pada hari ini. Proyeksi ini didasarkan pada kondisi pasar yang masih rentan terhadap perubahan politik dan ekonomi global.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah selanjutnya adalah perkembangan ekonomi AS, kebijakan moneter Bank Sentral AS, serta dinamika hubungan dagang internasional. Pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap berita-berita terbaru yang dapat memengaruhi sentimen pasar.
Selain itu, perlu diperhatikan juga kondisi ekonomi domestik, seperti inflasi, cadangan devisa, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kondisi-kondisi ini akan berdampak langsung terhadap kepercayaan investor terhadap rupiah.
Dengan demikian, para pemangku kepentingan dan pelaku pasar perlu memantau perkembangan secara terus-menerus agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar.