InfoMalangRaya.com — Kondisi pascabencana banjir bandang dan longsor di wilayah Sumatera Utara, khususnya Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, masih memprihatinkan. Minimnya logistik serta terputusnya akses jalan membuat proses penanganan darurat berjalan lambat.
Koordinator Lapangan Tim Gabungan SAR InfoMalangRaya, Tafdhil Umam, mendirikan dua posko. Posko utama di Ponpes Darul Ma’rifah, AMD-Kalangan dan Posko 2 di Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange.
Dua pondok pesantren ini—Pondok Pesantren Darul Ma’rifah di Kalangan dan Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange— ikut terdampak dan Sebagian masih sulit dijangkau.
Apalagi jalur utama via Tarutung belum bisa ditembus akibat kerusakan parah dan material longsor yang menutup badan jalan. “Akses menuju pondok yang terdampak langsung di Tapteng belum tembus via Tarutung,” ujar Tafdhil.
Di Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange, setengah bangunan hancur tertimbun lumpur tebal dan batu-batu besar. Sementara di Darul Ma’rifah, aliran listrik masih padam total dan logistik hampir tidak tersedia.
Di tengah situasi itu, santri dari dua pesantren ikut terlibat aktif dalam penanganan. Santri putri Darul Ma’rifah, membantu proses memasak di dapur darurat untuk memenuhi kebutuhan makan para pengungsi dan tim lapangan.
Sementara santri Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange dikerahkan membantu relawan dari SARHID, BMH, Pos Da’i, dan tim gabungan lainnya, membersihkan akses pesantren dan fasilitas umum.
Namun upaya ini terkendala pasokan logistik. Sembako di kedua posko menipis drastis. “Saat ini kebutuhan mendesak yang diperlukan meliputi air bersih, sembako, genset, selimut, LPG, makanan siap saji, terpal, Starlink, serta perlengkapan mandi,” kata Tafdhil.
Relawan juga kesulitan mendapatkan BBM dan bahan makanan. ATM serta bank belum beroperasi, sementara perjalanan menuju titik yang masih memiliki sinyal dan pasokan logistik memakan waktu hingga 7 jam pulang-pergi.
Di posko utama, air mineral yang tersisa hanya beberapa dus gelas, jumlah yang diperkirakan tidak cukup untuk kebutuhan dua hari.
Jalur menuju Sipange masih harus dilalui dengan kewaspadaan tinggi karena beberapa bagian jalan masih tergenang air cukup dalam. Infrastruktur di wilayah terdampak juga lumpuh: listrik padam total di Tapanuli Selatan, jaringan komunikasi hanya tersedia di beberapa titik jauh dari posko, dan beberapa desa belum bisa dijangkau akibat jalan tertutup lumpur.
Hingga kini, terdapat hampir 200 warga berada di sekitar dua komplek pesantren tersebut—sekitar 70 KK di pesant ren Sipange dan lebih dari 125 KK di Darul Ma’rifah.
Data Terakhir
Sementara itu, laporan terakhir dari Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh pada Selasa (2/12/2025) pukul 20.00 WIB mencatat 3.310 gampong terdampak dari total 6.497 gampong. Sebanyak 229.767 kepala keluarga atau 1.452.185 jiwa terkena dampak di 18 kabupaten/kota.
Jumlah korban meninggal dunia mencapai 249 orang, sementara 227 orang masih hilang. Sebanyak 1.435 warga mengalami luka ringan dan 403 luka berat. Hingga malam hari, tercatat 828 titik pengungsian dengan 660.642 jiwa masih bertahan. Kerusakan fasilitas umum juga signifikan, meliputi 138 kantor, 51 tempat ibadah, 201 sekolah, dan 4 pondok pesantren. Selain itu, terdapat kerusakan pada 302 titik jalan dan 152 jembatan.
Upaya evakuasi lanjutan dan penyaluran bantuan terus dikebut meski terkendala infrastruktur. Posko lapangan menegaskan bahwa suplai logistik tambahan, terutama air bersih, makanan pokok, dan peralatan penerangan, menjadi kebutuhan paling kritis untuk kelangsungan operasi penyelamatan di wilayah terdampak.*







