Surabaya– Tim Jatanras Polda Jawa Timur berhasil membongkar komplotan pencurian sepeda motor (curanmor) di wilayah Malang yang pelakunya merupakan satu keluarga. Sang ayah, RAR (41), warga Malang, ternyata menjadi otak sekaligus pemimpin komplotan, melibatkan tiga anaknya AS (20), AO (23), dan RAR (17) untuk mencuri sepeda motor di 17 lokasi berbeda.
“Pelaku utama adalah ayahnya, dia berperan sebagai joki dan pemantau situasi. Sedangkan eksekutor pencurian dilakukan anak-anaknya secara bergantian,” ungkap Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur dalam konferensi pers di Mapolda Jatim, Jumat (1/8/2025).
Ketiga anak itu kini telah diamankan. AS dan AO ditahan di Rutan Dittahti Polda Jatim, sementara anak bungsu yang masih berusia 17 tahun dititipkan ke Balai Pemasyarakatan (Bappas) karena berstatus sebagai Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH).
Modus operandi mereka cukup rapi dan sulit terdeteksi. Mereka tidak tergabung dalam jaringan penadah atau kelompok curanmor besar lainnya, melainkan bekerja secara mandiri. Terkadang mereka mencuri bersama-sama dalam satu lokasi, tapi tak jarang juga membagi diri menjadi dua kelompok untuk menjangkau lebih banyak titik dalam satu malam.
Sasaran mereka acak, mulai dari motor petani yang ditinggal di tepi jalan saat ke ladang, hingga motor warga yang diparkir di halaman rumah atau minimarket pada malam hari. “Mereka seperti lone wolf, bergerak mandiri, menjual hasil curian sendiri, dan tidak punya catatan residivis. Ini yang bikin lama terdeteksi,” jelas Jumhur.
Motor hasil curian dijual kepada kenalan mereka di wilayah Pasuruan dan Probolinggo seharga Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per unit. Beberapa unit motor bahkan dijual melalui marketplace di aplikasi Facebook dengan sistem COD (cash on delivery).
“Ada yang jualnya Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Tapi tak bisa lebih mahal karena tak ada surat-surat. Pembeli biasanya janjian di lokasi tertentu,” tambahnya.
Lebih memprihatinkan, uang hasil penjualan motor curian tersebut dipakai bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga untuk foya-foya dan membeli narkoba jenis sabu.
“Sebagian uangnya dipakai konsumsi sabu. Ini juga sedang kami dalami lebih lanjut,” pungkas Jumhur.
Kasus ini kini dalam proses pengembangan, termasuk penelusuran kemungkinan adanya pembeli lain atau jaringan tersembunyi di balik penjualan motor curian mereka.
Penulis: Agus