Pencapaian Listrik di Distrik Kiraweri, Papua Barat
Distrik Kiraweri, yang terletak di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, akhirnya berhasil teraliri listrik. Sebelumnya, warga setempat harus mengandalkan lampu minyak atau genset untuk penerangan pada malam hari. Kini, kehidupan masyarakat di wilayah tersebut telah berubah secara signifikan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahdalia menyampaikan bahwa pemerintah memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan pemerataan akses listrik, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Untuk mencapai tujuan ini, Kementerian ESDM menjalankan program Listrik Desa (lisdes) selama periode 2025–2029. Program ini bertujuan untuk memberikan elektrifikasi kepada 5.758 desa yang belum dilayani oleh PLN.
Bahlil menegaskan bahwa target Presiden Prabowo adalah semua desa di Indonesia harus terlayani listrik pada tahun 2029–2030. Saat ini masih ada sekitar 5.700 desa yang belum memiliki akses listrik. Ia menekankan bahwa negara harus hadir untuk memastikan kesejahteraan masyarakat, termasuk dengan memasang listrik bagi saudara-saudara kita di daerah terpencil.
Pengalaman Warga Setempat
Elias Inyomusi Anakangi, seorang warga Pegunungan Arfak, menceritakan pengalamannya sebelum adanya listrik. Ia mengatakan bahwa sejak lahir, ia tidak pernah merasakan listrik. Masa lalu yang ia alami adalah hidup dalam kegelapan, di mana warga harus membuat api dari bahan-bahan sederhana seperti tali dan rotan yang diisi minyak tanah.
“Dulu saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar itu, pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita. Bikin tali, rotan itu. Rotan itu baru kita isi siram minyak tanah, baru taruh rotan itu di botol, baru bakar, jadi sumbu toh. Itu kami pakai belajar,” ujar Elias.
Tanpa adanya listrik, warga setempat harus mengandalkan insting alami saat keluar rumah pada malam hari. Jalan-jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu orang menjadi jalur utama untuk menuju lokasi tujuan.
“Oh, zaman dulu itu setengah mati, jalan saja jalan tikus. Jalan tikus artinya jalan kecil setapak begini saja. Baru kitong (kita) semua baku jalan di jalan kecil itu,” tambahnya.
Perubahan yang Dirasakan
Kini, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi yang berkapasitas 150 kW, seluruh rumah di Distrik Kiraweri telah terang. Bagi Elias, listrik bukan hanya sekadar penerangan, tetapi juga membawa harapan. Ia bisa melihat anak-anaknya belajar lebih lama, istrinya bisa memasak dengan cahaya lampu, dan rumahnya terasa hidup.
Dengan adanya listrik, 40.680 penduduk di Kabupaten Pegunungan Arfak kini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Elias berharap bahwa kampungnya akan semakin terang dan masyarakat bisa lebih berkembang.
“Kampung kami jadi lebih terang. Semua rumah itu harus dapat listrik supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar. Mama-mama bisa masak dengan lampu. Dengan lampu seperti ini, anak-anak kami bisa belajar, pintar, bersaing dengan suku-suku lain,” katanya.
Data dan Target Pemerintah
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, tercatat ada 84.276 wilayah administrasi setingkat desa yang terdiri dari 75.753 desa dan 8.486 kelurahan di Indonesia. Dari jumlah tersebut, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut ada sekitar 5.700 atau 6,76 persen dari total desa dan kelurahan di Tanah Air yang belum teraliri listrik.
Pemerintah menargetkan seluruh desa tersebut akan mendapatkan akses listrik pada tahun 2030. Dengan upaya yang dilakukan, diharapkan masyarakat di daerah terpencil dapat merasakan manfaat dari ketersediaan listrik yang lebih merata.