InfoMalangRaya.com—Meski usianya hampir 100 tahun, Mat Zin Abdullah dari Kampung Tiang Kulat, Kuala Nerus, Malaysia ini masih ‘teguh’ menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Mat Zin, 99 tahun, mengatakan bahwa sebagai hasil berbagi hidup dengan mendiang istrinya Zainab Mat Ali, mereka dikaruniai 15 orang anak.
Ia mengatakan selain memiliki banyak anak, juga dikaruniai 100 cucu, 128 cicit, dan empat cicit, yang termuda berusia satu bulan, dilansir BH Online.
Dia bersyukur diberkati dengan kesehatan yang baik, termasuk penglihatan dan pendengaran yang masih sangat jelas.
“Puasa merupakan rukun Islam yang ke empat dan sudah seharusnya kita sebagai hamba mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, oleh karena itu puasa sudah seharusnya kita jalankan dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan keridhaan Allah SWT,” ujarnya.
“Meski usia saya sudah hampir menginjak satu abad, saya bersyukur masih diberikan kesehatan sehingga masih bisa menjalankan ibadah puasa,” ujarnya, seperti dilansir BH Online.
Ia mengatakan, setiap Ramadhan tiba, dirinya seperti biasa akan menjalankan rutinitas sahur, tarawih, dan berbuka dengan makan seperlunya saja.
Ia menambahkan, kesempatan diberi panjang umur hendaknya dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah kepada Sang Pencipta. Karena umur panjang yang disertai kesehatan merupakan anugerah dan berkah.
“Sebagai seorang mukmin sudah seharusnya kita bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita dan Alhamdulillah di usia saya ini masih mampu untuk berpuasa,” ujarnya.
“Saya punya satu kiat, yaitu merendam daun sirih yang sudah dihancurkan dalam air sebelum membasahi mata saya sebentar.”
“Saya berusaha mengeluarkan lendir dari mata saya dan berkat izinnya, penglihatan saya tidak kabur,” tuturnya.
Sementara itu, menurut anak ke-10, Zubairiah (50 tahun), ayahnya masih aktif dan masih mampu berpuasa seperti biasa karena diberkati kesehatan yang baik.
“Karena kami berenam bersaudara tinggal di desa yang sama dan bersebelahan dengan rumah ayah saya, kami sepakat untuk membuat jadwal untuk mengurus makanan dan minuman ayah saya setiap hari,” kata Zubairiah.
“Rutinitas bergiliran mengurus makanan ayah sudah berlangsung selama enam tahun terakhir dan sangat menyenangkan karena kami sebagai kakak beradik bisa berbakti kepada ayah tercinta,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa tugas menyiapkan sarapan untuk ayah akan ditulis di papan tulis yang menempel di dinding rumah ayah mereka.
Zubairiah mengatakan, konsep yang diterapkan menunjukkan adanya tanggung jawab seorang anak dalam menjaga kesejahteraan ayahnya meskipun kesehatan ayahnya masih baik, namun sebagai anak kita ingin melihatnya selalu bahagia di masa tua nanti.
Menurutnya, ia beruntung memiliki keluarga besara. Duasana yang paling meriah adalah saat Idul Fitri, Idul Adha, dan perayaan pernikahan tiba, karena semua bisa berkumpul jadi satu.
“Alhamdulillah, Ayah saya dalam keadaan sehat walafiat, tidak ada penyakit apa-apa, pendengaran dan penglihatannya juga baik, tidak pikun,” ungkapnya.* AT/AT