Sejarah dan Tradisi Sama’ Hadits Sahih al-Bukhari

Tradisi amalan sama’ hadits diyakini diamalkan sejak zaman pemerintahan Sultan Nuruddin Zanki (1118M-1174M), dijadikan motivasi umat Islam untuk membebaskan Baitul Maqdis

Oleh: YB Senator Dr. Zulkifli bin Hasan

InfoMalangRaya.com | SEJARAH Islam telah menyaksikan suburnya tradisi penyebaran dan pengumpulan hadits Rasulullah ﷺ yang diusahakan oleh para ilmuwan dan perawi hadits khususnya, selepas kepergian Baginda Rasulullah ﷺ.

Salah satu kaidah utama hadits-hadits ini diajarkan adalah melalui kaidah sama’ ataupun mendengar secara langsung daripada guru. Rasulullah ﷺ menggunakan kaidah ini dengan mengungkapkan bait hadis lalu para sahabat mendengar dan menyampaikan hadits tersebut kepada mereka yang tidak mendengarnya secara langsung.

Majelis hadits pula pada asalnya diadakan bertujuan untuk pengumpulan dan periwayatan hadits. Hal ini berlaku antara kurun pertama sehingga kurun keempat hijrah kerana selepas kurun keempat hampir keseluruhan hadits Rasulullah ﷺ telah dikumpul, disaring, dan diklasifikasikan dalam bentuk kitab-kitab sahih, sunan dan jami’.

Manakala, amalan sama’ hadits dari kitab-kitab hadis yang telah dikumpulkan dan dibukukan seperti yang diamalkan pada hari ini dipercayai telah diamalkan sejak zaman pemerintahan Sultan Nuruddin Zanki (1118M-1174M).

Pada ketika itu amalan sama’ hadits ini dijadikan antara motivasi umat Islam untuk membebaskan al-Quds.

Latar belakang dan Pengakuan Ulama’ terhadap kedudukan Sahih al-Bukhari

Kitab Sahih al-Bukhari merupakan kumpulan hadits-hadits sahih yang dikumpul dan disaring oleh Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari selama 16 tahun.

Para ulama hadits telah mengakui Imam Bukhari sebagai al-Hafiz dan Amirul Mukminin, yaitu gelar tertinggi dalam bidang hadits.”

Al-Syaukani juga menulis dalam Naylul Auṭār: “Ketahuilah bahwa hadits apa pun yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, atau salah satunya, dapat dijadikan dalil tanpa perlu penelitian lebih lanjut, karena kedua kitab tersebut telah teruji keotentikannya, dan masyarakat telah menerima isinya sepenuhnya.”

Para sultan Dinasti Mamluk sangat menghargai Sahih al-Bukhari dan sering meminta para fuqaha’ untuk membaca kitab itu dalam majelis mereka sebagai usaha mencari keberkahan dan petunjuk.

Pada zaman Sultan Qā’itbāy al-Maḥmūdī, salah satu syarat untuk menjadi imam di Masjid Qal‘ah adalah penguasaan terhadap Sahih al-Bukhari. Imam yang dilantik diwajibkan mengadakan halaqah khusus untuk membaca keseluruhan kitab Sahih al-Bukhari.

Malaysia Madani dan akulturasi hadis Nabawi

Majelis Sama’ Hadits Sahih al-Bukhari Peringkat Antarabangsa 2024 yang sedang berlangsung sekarang merupakan kesinambungan daripada “Seminar Penghayatan Sahih Bukhari Peringkat Kebangsaan 2023” yang diadakan pada 22 Juli 2023 di Masjid Putra, Malaysia, yang disempurnakan oleh YAB Dato’ Seri Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia.

Program ini bertujuan untuk mempromosikan budaya pengetahuan dan tradisi Islam berdasarkan prinsip Madani Malaysia melalui apresiasi kitab besar Sahih al-Bukhari.

Acara ini menampilkan ulama lokal dan internasional, termasuk Syekh Abu Bakar Ahmad, Mufti Agung India dan penerima Penghargaan Maal Hijrah Internasional 2023 dan Syekh Usamah al-Azhari, Menteri Wakaf Mesir.

Program ini disetujui dalam Rapat Kabinet pada tanggal 25 September 2024, dan Departemen Pembangunan Islam Malaysia dipercaya untuk mengoordinasikan pelaksanaannya dengan mitra strategis utama Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia dan Pertubuhan Kebajikan At-Taibah.

Puncak dari Majelis ini adalah Majelis Khatam Sama’ al-Bukhari yang akan diresmikan oleh YAB Dato’ Seri Anwar Ibrahim pada 21 November 2024.

Malan sama’ hadits bukanlah suatu hal yang baru dalam tradisi masyarakat, namun untuk pertama kalinya Majelis sama’ hadits ini diselenggarakan oleh Pemerintah Malaysia sendiri dan dilaksanakan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri YAB.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa Islam terus tumbuh subur dan berkembang di Malaysia, dengan semaraknya majelis-majelis ilmu pengetahuan bersama para ulama dari seluruh dunia.

Anjuran ini sesuai dengan sejarah amalan yang sama’ Sahih al-Bukhari pada era Nuruddin Zanki dan Salahuddin al-Ayyubi yang dilakukan ketika mereka sedang giat bekerja untuk membebaskan Baitul Maqdis.

Dalam konteks saat ini, Pemerintah Malaysia terus konsisten memperjuangkan Palestina dan yang terkini dalam upaya memobilisasi tindakan yang tepat terhadap penjajah ‘Israel’ atas kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Oleh karena itu, umat Islam di Malaysia khususnya perlu terus memberikan dukungan solid bersama pemerintah dalam upaya dan inisiatif yang signifikan dan strategis ini.

Sahih al-Bukhari media penyatuan umah

Program Sama’ Hadis Sahih al-Bukhari dianjurkan sebagai salah satu platform ke arah penyatuan umat Islam melihatkan keadaan mutakhir ini yang menyaksikan polemik, perdebatan bahkan perkelahian dalam banyak isu termasuk perbedaan aliran dan manhaj.

Justeru, mengenangkan kedudukan Sahih al-Bukhari sebagai kitab yang disepakati kesahihan dan kehujahannya, sewajarnya majelis sama’ hadits dianjurkan ini dijadikan medium perhimpunan umat dari segenap lapisan masyarakat, umur, latar belakang, dan berbagai aliran politik.

Penulis sendiri menghadirinya dan menyaksikan ribuan hadirin tekun mendengar, membaca serta menghayati syarah mengenai hadits Sahih al-Bukhari. Ini merupakan satu usaha murni bagi menyatukan hati umah yang sedang berpecah, di bawah panji mengagungkan syiar agama dan kalam Rasulullah ﷺ.

Majelis seumpama ini seharusnya menjadi medan untuk kita melupakan sejenak segala perbedaan kecenderungan pemikiran, perbedaan manhaj dan aliran, lalu bersatu hati dalam menjayakan agenda keumatan.

Renungilah sabda Rasulullah ﷺ yang tercatat dalam Sahih al-Bukhari yang menekankan peri penting memelihara hubungan sesama Muslim:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang beriman terhadap orang beriman lainnya bagaikan satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (HR Sahih al-Bukhari 2446)

Marilah sama-sama kita hayati firman Allah SWT:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖفَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ

“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (Surah Ali ‘Imran:159)

Firman Allah SWT ini pada asalnya ditujukan kepada Rasulullah ﷺ, turut menjadi panduan kepada seluruh umat Islam. Sikap rahmah, lemah-lembut, saling memaafkan dan mengutamakan syura merupakan prasyarat kepada perpaduan ummah.

Selama kita tidak membuang sikap adu mulut, memberi label buruk, sikap ekstrem dalam perdebatan,  adu domba, bagaimana mungkin umat bisa mencapai persatuan dan kekuatan yang diinginkan.

Akhir kalam, semoga setiap detik yang berlalu, setiap patah matan hadis yang dibaca, setiap butir bicara hikmah yang dituturkan sepanjang berlangsungnya Majelis Sama’ Hadis Sahih al-Bukhari ini akan membawa barakah kepada bumi Malaysia yang bertuah ini.

Semoga rakyat Malaysia seluruhnya dan umat Islam khasnya sentiasa hidup dalam keadaan aman makmur, serta bersatu padu di bawah sinaran rahmat Allah SWT. Islam terus subur dan mekar di Malaysia. Amin ya Rabbal ‘Alamin.*

Wakil Menteri Agama Malaysia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *