Upaya Berani untuk Menembus Blokade Laut di Gaza
Sejak pengepungan wilayah Gaza dimulai pada 2008, berbagai upaya telah dilakukan oleh kelompok aktivis dan organisasi kemanusiaan untuk menembus blokade laut yang diberlakukan oleh Israel. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina serta memperhatikan kondisi mereka yang terisolasi. Berikut adalah catatan beberapa inisiatif penting yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
2008: Gerakan Pembebasan Gaza (FGM)
Gerakan Pembebasan Gaza (FGM) merupakan koalisi aktivis hak asasi manusia dan kelompok pro-Palestina yang dibentuk untuk mematahkan blokade Mesir dan Israel di Jalur Gaza. Didirikan pada 2006 oleh para aktivis selama perang Israel di Lebanon, FGM mengirimkan sejumlah kapal ke Gaza antara tahun 2008 hingga 2016. Dari total 31 kapal yang ditempatkan, lima di antaranya berhasil mencapai tujuan meskipun ada pembatasan ketat dari Israel. Namun, sejak 2010, semua armada yang berusaha menerobos blokade Gaza dicegat atau diserang oleh pasukan Israel di perairan internasional.
2010: Gaza Freedom Flotilla
Pada 2010, serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara memicu reaksi global. Serangan tersebut menewaskan 10 aktivis dan melukai puluhan lainnya, termasuk dari Indonesia. Kapal yang dimiliki oleh Humanitarian Relief Foundation (IHH), sebuah LSM Turki, membawa bantuan kemanusiaan dan lebih dari 600 penumpang. Insiden ini sangat memperburuk hubungan Israel-Turki dan menuai kecaman luas karena dianggap melanggar hukum internasional. Pada 2013, Israel meminta maaf atas “kesalahan operasional” dalam serangan tersebut, sementara kesepakatan kompensasi masih dalam negosiasi.
2011: Freedom Flotilla II
Freedom Flotilla II diluncurkan sebagai tindak lanjut dari misi 2010. Aksi ini bertujuan untuk mematahkan blokade Israel di Gaza dengan bantuan lebih dari 300 peserta dari seluruh dunia. Meskipun demikian, tekanan diplomatik dari Israel dan adanya sabotase terhadap kapal membuat sebagian besar armada tidak bisa berangkat. Hanya satu kapal, Dignite-Al Karama, yang nyaris mencapai Gaza sebelum dicegat oleh pasukan Israel.
2015: Freedom Flotilla III
Freedom Flotilla III diluncurkan pada 2015 sebagai upaya besar ketiga oleh aktivis internasional. Salah satu kapal utama dalam misi ini adalah Marianne dari Gothenburg, Swedia. Pada 29 Juni 2015, pasukan Israel mencegat kapal tersebut di perairan internasional dan membawanya ke Ashdod. Para aktivis ditahan dan kemudian dideportasi, sementara beberapa awak kapal dibebaskan setelah enam hari.
2018: Just Future for Palestine
Flotilla Masa Depan yang Adil untuk Palestina, juga dikenal sebagai Gaza Freedom Flotilla 2018, merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menantang blokade laut Israel. Dua kapal utama, Al Awda dan Freedom, bersama dengan dua kapal pendukung, Mairead dan Falestine, terlibat dalam aksi ini. Pada Juli dan Agustus 2018, kedua kapal utama dicegat oleh pasukan Israel dan semua penumpang ditangkap. Beberapa di antaranya dilaporkan mengalami luka akibat kekerasan.
Mei 2025: Armada Hati Nurani
Armada Hati Nurani diserang dua kali oleh drone bersenjata saat berlayar ke Gaza pada 2 Mei 2025. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar pada lambung kapal dan memaksa 30 aktivis Turki dan Azeri melakukan upaya putus asa untuk menjaga kapal tetap mengapung. Empat orang mengalami luka ringan, termasuk luka bakar dan laserasi.
Juni 2025: Kapal Freedom Flotilla Madleen
Kapal bantuan sipil berbendera Inggris dari Gaza Freedom Flotilla berangkat pada Juni 2025. Kapal tersebut dicegat oleh pasukan Israel di perairan internasional ketika mencoba mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Misinya adalah untuk mematahkan blokade Israel dan menyediakan pasokan yang sangat dibutuhkan penduduk Gaza. Sebanyak 12 aktivis dan jurnalis, termasuk tokoh terkenal seperti Greta Thunberg, ditahan oleh pasukan Israel dan dibawa ke Israel.
Juli 2025: Kapal Freedom Flotilla Handala
Kapal Handala berangkat dari Syracuse, Italia, pada 13 Juli 2025, membawa beragam kelompok aktivis, petugas medis, pengacara, jurnalis, dan perbekalan kemanusiaan. Kapal ini singgah di Gallipoli sebelum menuju ke Gaza. Namun, Israel menaiki dan membajak kapal tersebut di perairan internasional pada akhir Juli, sebelum kapal dapat mencapai tujuannya, dan menangkap awak kapalnya.