Generasi salafus saleh memiliki kebiasaan bersemangat berbagi di bulan suci Ramadhan
InfoMalangRaya.com | BULAN Ramadhan, bulan yang penuh berkah, telah lama menjadi saksi atas semangat berbagi yang sudah menjadi kebiasaan umat Islam. Tradisi ini bukan hanya sekedar adat, melainkan manifestasi dari ajaran Islam yang mendalam tentang kepedulian dan kedermawanan.
Dalam hayat generasi saleh terdahulu, ada kebiasaan yang menggambarkan di bulan suci mereka bertambah semangat dalam berbagi.
Ibnu Umar Ra. pada bulan Ramadhan selalu berbuka dengan orang-orang miskin. Jika ada keluarga yang melarangnya berbuka bersama mereka, maka beliau tidak makan malam pada waktu itu.
Di lain hari, ketika ada pengemis meminta sesuatu kepada beliau sewaktu sedang makan, maka jatah makannya diberikan kepada pengemis itu.
Saat kembali ke rumah, ternyata makanan sudah habis dimakan keluarga sehingga beliau melanjutkan puasa dalam kondisi tidak memakan apa-apa.
Luar biasanya, teladan luhur seperti ini, bukan saja dilakukan oleh Ibnu Umar Ra. Ini menjadi semacam kebiasaan para sahabat dan tabi’in di bulan Ramadhan.
Sebagai contoh apa yang diceritakan oleh Abu ﷺwar Al-‘Adawi Rahimahullah, “Ada orang-orang dari klan Bani Addi shalat di masjid. Di antara mereka tidak akan berbuka puasa sendirian. Jika ada orang yang bisa menemani berbuka, maka dia makan. Jika tidak, maka tidak ada teman, maka makanan untuk buka puasa dibawa ke masjid dan dimakan bersama-sama orang lain.”
Lebih mencengangkan dari itu, adalah kisah yang diriwayatkan tentang Hammad bin Abi Sulaiman, yang mana dikisahkan bahwa beliau rutin memberi makan 500 orang. Dalam riwayat lain, itu dilakukan pada setiap malam bulan Ramadhan. (Mushtafa Hasani, Kullu Ma a’rifuhu ‘an Ramadhan)
Kisah lain yang tak kalah mengharukan, ada seorang shalih sedang menginginkan suatu makanan saat berpuasa. Tatkala berbuka, makanan yang ia inginkan itu dihidangkan di hadapannya.
Tiba-tiba ia mendengar seorang peminta-minta berkata, “Siapa yang mau menjamin hartanya kepada Yang Mahacepat Menepati, Yang Maha Melunasi, dan Mahakaya?” Orang shalih tersebut menjawab, “Hamba-Nya yang tidak memiliki amal kebaikan.”
Kemudian ia berdiri mengambil piring makanan itu dan memberikannya kepada si peminta-minta. Sementara ia sendiri menjalani malam harinya dalam keadaan lapar. Sungguh luar biasa, mengutamakan kebutuhan orang lain di saat diri sendiri membutuhkan.
Kisah senada, suatu hari ada seorang peminta-minta datang kepada Ahmad. Ahmad lantas memberikan kepadanya dua potong roti yang telah ia persiapkan untuk berbuka.
Kemudian ia menahan lapar dan pagi harinya ia melanjutkan berpuasa. Tidak mungkin ini terjadi kalau tidak menjadi kebiasaan berbagi.
Kisah lain yang perlu diangkat dalam konteks ini adalah tentang Hasan yang biasa memberi makan saudara-saudaranya secara sukarela ketika ia berpuasa. Ia juga ikut duduk menyenangkan hati mereka di saat mereka makan. Demikian juga Ibnu Mubarak memberi makan saudara-saudaranya dalam perjalanan, seperti manisan dan lainnya; sementara dia sendiri berpuasa. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Latha’iful Ma’aarif)
Dari kisah-kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa berbagi di bulan suci tidak hanya tentang memberi makan, tetapi juga tentang membagikan kebahagiaan dan kebersamaan. Ini adalah waktu untuk membuka hati dan rumah kita, untuk memperkuat tali persaudaraan dan memperdalam rasa empati kita terhadap mereka yang membutuhkan.
Apa yang dilakukan mereka adalah manivestasi nyata dari hadits nabi:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. Tirmidzi).
Demikian juga sebagai wujud konktet dari riwayat berikut:
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ؟ فَقَالَ: «شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ» ، قِيلَ: فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ»
Dari Tsabit bin Anas dia berkata: “Nabi ﷺ ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadlan, Beliau menjawab: “Bulan Sya’ban untuk memuliakan Ramadlan.” Beliau ditanya lagi: lalu Shadaqah apa yang paling utama? Beliau menjawab: “Shadaqah di bulan Ramadlan.” (HR. Timirdzi)
Di bulan Ramadhan ini, mari kita hidupkan kembali semangat berbagi yang telah diajarkan oleh generasi terdahulu. Mari kita jadikan bulan suci ini sebagai bulan yang penuh dengan tindakan-tindakan kebaikan yang tidak hanya membawa manfaat bagi orang lain, tetapi juga membawa kedamaian dan keberkahan dalam hidup kita.
Semoga kita semua dapat mengambil inspirasi dari teladan-teladan mulia ini dan menjadikan berbagi sebagai bagian dari kehidupan kita, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang tahun.*/Mahmud Budi Setiawan