PENELITI satwa liar yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Raden Wisnu Nurcahyo mendesak pemerintah pusat dan daerah melakukan penanganan serius pada sejumlah satwa liar yang terancam punah.
Desakan itu menyusul hasil laporan World Wide Fund for Nature (WWF) yang menyebut bahwa dari total 10 satwa paling terancam punah di dunia, lima di antaranya hidup dan berkembang biak di Indonesia.
Lima satwa liar yang terancam punah di Indonesia itu adalah spesies orangutan kalimantan, orangutan sumatera, harimau sumatera, trenggiling sunda, dan penyu sisik. “Kondisi lima jenis satwa itu sedang hidup dalam kondisi lingkungan kurang baik dan mengkhawatirkan,” kata Wisnu, Senin, 13 Oktober 2025.
Wisnu mengatakan tantangan terberat bagi satwa liar yang terancam punah itu salah satunya akibat habitat hidup mereka yang sudah tidak aman lagi ditempati, sehingga perlu ada upaya konservasi untuk penyelamatan habitat itu. “Habitat ini tak aman dapat karena perubahan fungsi lahan, perburuan liar, perubahan iklim atau terpapar penyakit,” ujarnya.
Perburuan liar yang dia maksud bukan hanya terkait pada satwa liar tersebut, namun juga perburuan satwa lain sekitarnya yang menjadi bagian rantai makanan satwa yang terancam punah.
Wisnu mencontohkan perburuan liar pada rusa di kawasan tempat satwa liar tersebut hidup ikut menjadi bagian perusakan habitat secara perlahan. Semestinya, kata dia, ada tindakan tegas dari pemerintah daerah atau penegak hukum. Perburuan liar tanpa moratorium tegas berpotensi besar mengganggu siklus rantai makanan.
“Perburuan rusa terus menerus bisa mengakibatkan predator lama-lama kekurangan sumber pakan, untuk bertahan satwa itu akhirnya memperluas area perburuannya sampai ke permukiman penduduk,” kata Wisnu yang aktif dalam penelitian di Pulau Komodo itu.
Wisnu pun menyoroti proses penegakan hukum bagi pelaku perburuan dan perdagangan satwa dilindungi yang masih lemah. Ia menilai sanksi hukuman bagi pihak yang melakukan perburuan ataupun perdagangan satwa liar tersebut selama ini sangat ringan dan diprediksi tidak akan memberikan efek jera. Hal ini memicu perburuan dan perdagangan satwa liar terus berlangsung masif.
Wisnu menambahkan, keberadaan satwa liar memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam, terutama pelestarian hutan yang menjadi paru-paru Bumi. Ia mencontohkan orangutan yang mengonsumsi buah-buahan berbiji. Hal itu membuat kotorannya terdapat biji yang ketika tersebar menjadi pupuk dan membuat vegetasi hutan tumbuh subur.
Ada beberapa cara cukup efektif menjaga habitat satwa liar. Selain penegakan hukum, Wisnu juga menekankan pentingnya kampanye dan edukasi kepada masyarakat lokal untuk terlibat aktif melindungi satwa yang dilindungi dan populasinya mulai terancam punah tersebut.
Ia mencontohkan, beberapa daerah di Pulau Komodo yang memiliki kepercayaan jika komodo merupakan saudara manusia sehingga tidak mungkin membunuh saudaranya sendiri. Upaya tersebut, menurutnya, menjadi bagian etno-konservasi yang melibatkan masyarakat untuk menjaga alam satwa liar.