InfoMalangRaya.com– Serangan udara di Suriah bagian selatan hari Senin pagi (8/5/2023) menewaskan salah satu pengedar narkoba paling terkenal di negara itu.
Sersngan pertama menghantam sebuah rumah di desa Shuab di Provinsi Sweida dekat perbatasan Yordania, menewaskan Merhi al-Ramthan, istrinya dan enam anak-anak, menurut Syrian Observatory for Human Rights, organisasi pemantau perang bentukan kelompok anti-rezim Bashar al-Assad yang berbasis di London.
Organisasi tersebut dan radio Sham FM melaporkan serangan lain di Provinsi Daraa yang menghantam sebuah bangunan. Observatory mengatakan bangunan itu dipergunakan sebagai pabrik pembuatan narkoba.
Ahmad al-Masalmeh, seorang aktivis oposisi yang meliput perkembangan di bagian selatan Suriah, juga mengatakan satu serangan udara menewaskan al-Ramthan dan keluarganya di Provinsi Sweida. Dia mengatakan bangunan yang diserang di Provinsi Daraa digunakan oleh kelompok-kelompok dukungan Iran untuk memproduksi dan menyimpan narkoba sebelum diselundupkan ke Yordania. Dia mengatakan serangan udara dilakukan sebelum fajar pada hari Senin, menyebabkan kebakaran di bangunan pabrik narkoba tersebut.
Stasiun radio Sham FM yang pro-rezim Assad tidak memberikan banyak keterangan dalam laporannya. Belum ada komentar dari pihak berwenang Yordania atau Suriah perihal serangan-serangan itu, lapor Associated Press.
Para aktivis dan Observatory mengatakan bahwa mereka meyakini serangan udara tersebut kemunduran besar dilakukan oleh Yordania. Mereka juga mengatakan al-Ramthan dekat dengan milisi-milisi yang terkait dengan Assad dan kelompok Hizbullah Lebanon yang disokong Iran.
Al-Masalmeh berkata, “Pesawat-pesawat tempur [yang melakukan serangan] itu diyakini milik Yordania menyusul ancaman oleh menteri luar negeri.”
Media pemerintah Yordania menyiarkan kabar tentang serangan udara tersebut, tetapi hanya mengutip media Suriah dan menambahkan bahwa al-Ramthan diburu oleh otoritas Yordania.
Menteri luar negeri Yordania pada konferensi pers hari Senin, usai pertemuan dengan sejawat dari Belanda, mengatakan bahwa Suriah pekan lalu dalam pembicaraan di Amman telah berkomitmen untuk bekerja sama dengan negara-negara Arab dalam penanggulangan penyelundupan narkoba.
“Dalam kasus narkoba, seperti yang kami katakan sebelumnya, lonjakan aktivitas penyelundupan narkoba merupakan ancaman besar bagi kerajaan, wilayah, dan dunia,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.
Pekan lalu, Safadi memperingatkan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam jika penyelundupan narkoba dari Suriah terus berlangsung.
“Kami tidak menganggap enteng ancaman penyelundupan narkoba,” kata Safadi kepada CNN pekan lalu.
“Apabila.kami tidak melihat langkah-langkah efektif untuk meredam ancaman itu, kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk melawan ancaman itu, termasuk mengambil tindakan militer di dalam wilayah Suriah untuk menghilangkan ancaman yang sangat berbahaya ini.”
“Bagi kami, adalah suatu keharusan untuk mengakhiri krisis ini karena kami sudah sangat menderita disebabkan akibat yang ditimbulkannya,” tegas Safadi.
Yordania, sebelum sersngan ini, sudah sering melaporkan operasi penyelundupan narkoba di perbatasannya dengan Suriah, dengan tentaranya tidak jarang terlibat baku tembak dengan kartel narkoba yang mencoba menyelundup masuk dari bagian selatan Suriah. Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Yordania telah memyita jutaan pil Captagon yang diselundupkan, banyak di antaranya dikirim ke negara-negara Teluk yang kaya minyak.
Baik Suriah maupun negara tetangganya, Libanon, telah menjadi pintu gerbang narkoba ke kawasan Timur Tengah yang lebih luas, dan khususnya ke kawasan Teluk.
Serangan udara yang sangat jarang dilakukan Yordania itu terjadi beberapa hari setelah pemerintah Amman memperingatkan akan menggunakan kekuatan tentara di dalam wilayah Suriah untuk memberantas perdagangan narkoba ke wilayahnya.
Serangan itu juga terjadi sehari setelah pemerintah negara-negara Arab setuju untuk memasukkan kembali Suriah ke Liga Arab.
Pemerintah negara-negara Barat memperkirakan bahwa Captagon telah menghasilkan pendapatan miliaran dolar untuk Presiden Bashar Assad, rekan-rekan dan sekutu-sekutunya seperti Hizbullah di Libanon dan rezim Syiah di Iran. Pemerintah Damaskus membantah tuduhan itu.
Pada bulan Maret, Amerika Serikat dan Inggris menjatuhkan sanksi terhadap empat warga Suriah dan dua warga Libanon yang terlibat dalam pembuatan dan perdagangan Captagon.
Di antara keenam orang itu ada sepupu Presiden Suriah dan gembong narkoba Libanon yang terkenal. Beberapa pekan kemudian, Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap beberapa warga Suriah, termasuk sejumlah anggota keluarga Assad, menuding mereka terlibat dalam pembuatan dan peredaran narkoba, terutama Captagon.*