Menandai shalat tarawih pertama di Masjid Umari Jalur Gaza, tangan-tangan jamaah terangkat menengadah ke langit: “Ya Allah, lindungilah Gaza dan rakyatnya.”
InfoMalangRaya.com | KENDATI kerusakan dan puing-puing yang ditinggalkan akibat genosida ‘Israel’, warga Palestina di Jalur Gaza bersikukuh menyambut bulan suci Ramadhan dengan keimanan yang tinggi.
Saat adzan berkumandang dari balik puing-puing, dan warga melaksanakan shalat Tarawih pertama di atas puing-puing masjid yang hancur.
بعد انقطاع لعامين.. أول صلاة تراويح يجتمع فيها الفلسطينيون داخل المسجد العمري المدمر بمدينة غزة. pic.twitter.com/jxbupb4xvU— شبكة قدس الإخبارية (@qudsn) February 28, 2025
Di masjid-masjid yang telah berubah menjadi reruntuhan, khususnya Masjid Agung Umari, para jamaah berbaris di belakang dan di depan puing-puing yang berserakan dan area yang rusak, dan menghadap Allah Swt.
Masjid Umari merupakan salah satu masjid tertua dan bersejarah di Kota Gaza, berusia 1.400 tahun. Masjid ini terletak di jantung kota tua dekat pasar lama. Luasnya 4.100 meter persegi, dengan halaman seluas 1.190 meter persegi.
Selama aksi genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza, masjid ini rusak parah, tetapi genosida yang dilakukan oleh penjajah di Gaza menghancurkannya sepenuhnya, menyisakan sebagian kecil saja.
Pemandu wisata religi di Masjid Omari, Tariq Haniya, mengatakan kepada Al Jazeera Mubasher, bahwa Masjid Umari rusak parah selama perang genosida, yang menyebabkan hancurnya 80-85% wilayahnya, karena menara bersejarah dan area suci masjid menjadi sasaran, kecuali tepi luar tempat salat akan diadakan, selain area tenda.
Ia menjelaskan, Masjid Umari sebenarnya mampu menampung 5.000 jamaah lebih, namun karena mengalami kerusakan para, masjid tersebut hanya mampu menampung sekitar 2.000 jamaah saja.
Sementara suara Allahu Akbar dan Tahlil menggema, puing-puing di sekitar jalan menjadi saksi bisu besarnya kerusakan yang ditinggalkan oleh sekitar 16 bulan genosida di Jalur Gaza.
Di samping reruntuhan masjid yang dihancurkan, sebagian masyarakat menggelar sisa-sisa karpet, kain dan tikar untuk melaksanakan shalat Tarawih.
Para jamaah berdoa menghadap Allah Swt, mengharapkan belas kasih sayang bagi para syuhada (warga dan pejuang yang syahid), meminta kesembuhan bagi yang terluka, keselamatan bagi yang masih hidup, dan agar kejahatan penjajah ‘Israel’ tidak kembali ke Jalur Gaza.
Di tengah-tengah doa, air mata para jamaah tumpah di tengah hati yang bercampur-aduk. Tangan-tangan mereka terangkat ke langit sambil berkata: “Ya Allah, lindungilah Gaza dan rakyatnya.”
Bilal Al-Lahham, salah seorang imam masjid di Gaza, menuturkan kepada Anadolu Agency, “Kami melaksanakan shalat Tarawih pertama di masjid yang hancur setelah orang-orang dilarang shalat di sana selama Ramadhan lalu, karena mereka tinggal di tenda-tenda dan tempat pengungsian akibat perang yang ganas.”
Al-Lahham menambahkan: “Hari ini kita menyaksikan shalat Tarawih pertama di atas reruntuhan masjid, dan di dekat reruntuhan itu kita melaksanakan ibadah-ibadah besar, berharap semoga Allah menerima amal ibadah kita.”
Ia melanjutkan: “Karena penjajah menghancurkan masjid-masjid, para jamaah terpaksa berdiri berdampingan dan membangun ruang-ruang shalat alternatif, di mana mereka melaksanakan shalat di samping masjid-masjid yang telah dihancurkan.”
Imam menegaskan, kegembiraan umat Islam tahun ini dalam melaksanakan shalat tak terlukiskan, tidak seperti tahun lalu, saat perang menghalangi mereka untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan di masjid.
“Hari ini, kami mengadakan shalat Tarawih pertama di reruntuhan masjid.
“Di balik tumpukan puing ini, kami melaksanakan shalat, berdoa kepada Allah agar menerima amal kami,” kata Bilal Al-Lahham, seorang imam di Kota Gaza.
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Gaza melaporkan minggu lalu bahwa dari 1.244 masjid di seluruh Gaza, 1.109 hancur total atau rusak parah akibat serangan militer.
Bulan sabit Ramadhan tiba bagi warga Palestina di Gaza tahun ini di tengah pemandangan kehancuran dan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah genosida ‘Israel’ yang mengubah Jalur Gaza yang terkepung menjadi “daerah bencana.”
Pada tanggal 2 Februari, kepala kantor media pemerintah di Gaza, Salama Maarouf, menyatakan Jalur Gaza sebagai daerah “bencana” akibat genosida ‘Israel’.
Bulan Ramadhan, yang biasanya menjadi momen kegembiraan dan spiritualitas, tahun ini telah menjadi musim di mana warga Palestina menderita kelaparan, kedinginan dan kehilangan, di tenda-tenda yang tidak memiliki kebutuhan hidup paling dasar, setelah ‘Israel’ menghancurkan rumah mereka.
Sekitar 1,5 juta warga Palestina dari total populasi 2,4 juta di Gaza menghadapi tragedi pengungsian paksa akibat genosida dan penghancuran luas rumah mereka oleh penjajah ‘Israel’.
Hingga Kamis, Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengumumkan bahwa jumlah syahid akibat genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 48.365 orang sejak 7 Oktober 2023.
Minggu lalu, Kementerian Wakaf dan Urusan Agama di Jalur Gaza mengumumkan bahwa tentara penjajah telah menghancurkan sebagian atau seluruh 1.109 masjid dari 1.244 masjid selama perang pemusnahan.
Dengan dukungan Amerika, antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, penjajah ‘Israel’ melakukan genosida di Gaza, menyebabkan total lebih dari 160.000 warga Palestina gugur dan terluka.
Pada tanggal 19 Januari, gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan ‘Israel’ mulai berlaku, dengan tiga fase, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dimediasi oleh Mesir dan Qatar dan didukung oleh Amerika Serikat.
Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan telah berlaku sejak bulan lalu, menghentikan sementara perang yang telah menghancurkan Gaza dan menelan lebih dari 48.360 korban jiwa, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan militernya di wilayah tersebut. * aa