Kasus Pelecehan Seksual di SMAN 4 Kota Serang: Siswa dan Alumni Berdemo untuk Keadilan
Baru-baru ini, sebuah kasus dugaan pelecehan seksual oleh seorang guru olahraga di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Kota Serang menjadi sorotan publik. Kejadian ini memicu aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para siswa dan alumni sekolah tersebut, dengan tujuan menuntut keadilan bagi korban yang telah lama mengalami perlakuan tidak menyenangkan.
Aksi demo ini berawal dari viralnya isu tentang dugaan pelecehan yang dilakukan oleh seorang guru olahraga terhadap para siswi. Informasi tersebut menyebar luas melalui media sosial, yang kemudian memicu respons dari siswa dan alumni. Ratusan siswa dan siswi dari SMAN 4 Kota Serang turun ke jalan, menuntut pihak sekolah untuk melakukan investigasi terhadap dugaan tindakan tersebut yang disebut telah terjadi selama beberapa tahun.
Namun, aksi unjuk rasa tersebut berakhir ricuh. Beberapa siswa mengaku mendapatkan intimidasi dari pihak sekolah, termasuk kedatangan aparat dan TNI yang menghalangi mereka saat mencoba masuk ke ruangan tertentu. Dalam video yang beredar, terlihat aparat dan pria berseragam berusaha mencegah siswa-siswi masuk ke area sekolah. Hal ini membuat para siswi histeris dan langsung merekam kejadian tersebut.
Selain siswa, aksi demo juga diikuti oleh mahasiswa yang merupakan alumni SMAN 4 Kota Serang. Mereka berdiri di depan pagar sekolah sambil menuntut keadilan atas peristiwa yang terjadi. Salah satu orator dalam aksi tersebut mengatakan bahwa ada oknum aparatur negara yang melakukan kekerasan fisik terhadap peserta demo.
Korban pelecehan yang akhirnya buka suara dalam wawancara podcast Gelas Kosong menjelaskan kronologi kejadian yang dialaminya. Ia mengungkapkan bahwa ia nyaris dilecehkan oleh guru olahraga saat kelas 10, yaitu saat sedang praktik mata pelajaran silat. Modus pelecehan yang digunakan oleh guru tersebut adalah dengan memegang tubuh korban di ruang olahraga. Saat itu, korban diberi tugas untuk membeli es agar tidak ada di ruangan, sehingga hanya dia sendiri yang tinggal bersama guru tersebut.
Di kelas 12, korban kembali menjadi korban pelecehan. Pada kesempatan ini, guru olahraga tersebut memegang payudaranya dan berkata “sutt”. Korban merasa takut dan kabur, mengikuti temannya. Ia sempat ingin bercerita kepada guru lain, tetapi mengurungkan niat setelah mendengar pengalaman dari siswi lain yang pernah melaporkan kejadian serupa ke guru BK. Namun, laporan tersebut tidak mendapatkan respon yang memadai.
Kini, korban merasa lega karena ada orang yang akhirnya berani menyampaikan keluhan mereka. Ia menyebut bahwa kasus ini sudah terjadi sejak 2023, bahkan sebelumnya juga pernah terjadi saat dirinya kelas 10 pada tahun 2021.
Hingga artikel ini ditulis, belum ada penjelasan resmi dari pihak SMAN 4 Kota Serang mengenai dugaan pelecehan tersebut. Aksi unjuk rasa dan pernyataan korban menunjukkan bahwa masyarakat mulai lebih sadar akan pentingnya melindungi hak-hak anak-anak dan memberikan keadilan bagi korban pelecehan.