Siswa SMA 3 Muhammadiyah Jember Demo Penolakan Perpanjangan Jabatan Kepala Sekolah
Siswa dari SMA 3 Muhammadiyah Jember, Jawa Timur, kembali menggelar aksi penolakan terhadap perpanjangan jabatan kepala sekolah. Aksi ini dilakukan pada hari Kamis sore (30/10/2025) dengan membawa berbagai poster dan tuntutan yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap pengelolaan sekolah selama beberapa tahun terakhir.
Kepala Sekolah SMA 3 Muhammadiyah Jember, Sony Bahtiar, disebut tidak transparan dalam pengelolaan anggaran pendidikan. Siswa merasa bahwa keputusan-keputusan penting diambil secara sepihak tanpa melibatkan para guru atau siswa. Salah satu siswa yang terlibat dalam aksi tersebut, Slamet Ruspandri Raharjo, menyampaikan bahwa selama empat tahun menjabat sebagai kepala sekolah, Sony Bahtiar tidak pernah menjelaskan secara terbuka tentang penggunaan dana pendidikan.
“Setiap kami bertanya mengenai anggaran dan keputusan lainnya, jawabannya selalu ‘bukan urusan kalian’. Ini membuat kami merasa tidak dihargai,” ujar Slamet.
Aksi ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan oleh siswa SMA 3 Muhammadiyah Jember. Sebelumnya, mereka juga melakukan demo terkait pergantian guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Menurut Slamet, penggantian guru PKN dilakukan tanpa musyawarah dan alasan yang diberikan dinilai tidak masuk akal.
“Kami merasa proses belajar terganggu karena pengganti guru PKN tidak memiliki latar belakang yang sesuai dengan bidangnya. Guru yang diganti adalah seorang perempuan dengan latar belakang ilmu sejarah, bukan PKN,” tambahnya.
Slamet juga mengungkapkan bahwa setelah pemilihan kepala sekolah baru, Sony Bahtiar kembali menjabat sebagai pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Hal ini menjadi pemicu aksi demo kembali dilakukan.
“Kami meminta agar Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur mengganti kepala sekolah ini. Kami ingin belajar dalam lingkungan yang nyaman dan aman, serta tidak ada lagi keputusan yang tidak jelas,” ujar Slamet, yang juga merupakan Ketua Organisasi Tapak Suci SMA 3 Muhammadiyah Jember.
Kepala Sekolah Membantah Tuduhan Tidak Transparan
Menanggapi aksi siswa tersebut, Sony Bahtiar menyatakan bahwa penolakan tersebut adalah bagian dari dinamika internal organisasi pendidikan. Ia mengklaim bahwa semua masalah akan diselesaikan secara internal.
“Kami tidak tahu persis apa yang terjadi, kok tiba-tiba anak-anak juga terlibat,” ujarnya.
Sony membantah tuduhan bahwa pengelolaan keuangan sekolah tidak transparan. Ia menyatakan bahwa audit keuangan dilakukan rutin oleh tiga lembaga resmi, yaitu Inspektorat Kemendiknas, Inspektorat Provinsi, dan audit internal dari Muhammadiyah.
“Tidak ada masalah dalam audit keuangan yang dilakukan. Semua prosedur sudah dilalui,” bantahnya.
Mengenai penonaktifan guru PKN, Sony menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan sesuai prosedur internal lembaga pendidikan Muhammadiyah. Ia menyatakan bahwa keputusan itu didasarkan pada surat resmi dari pimpinan.
“Semua lembaga memiliki aturan dan sanksi tersendiri. Kami hanya menjalankan instruksi yang diberikan,” ujarnya.
Perspektif Siswa Terhadap Pengelolaan Sekolah
Dari perspektif siswa, keputusan-keputusan yang diambil oleh kepala sekolah sering kali dianggap tidak melibatkan partisipasi aktif dari komunitas sekolah. Hal ini menciptakan rasa tidak puas yang terus-menerus, terutama dalam hal pengelolaan anggaran dan pengambilan keputusan penting.
Slamet dan rekan-rekannya berharap adanya perubahan yang lebih baik, termasuk transparansi dalam pengelolaan keuangan dan partisipasi aktif dari siswa dan guru dalam pengambilan keputusan. Mereka berharap bahwa sistem pendidikan dapat menjadi lebih inklusif dan terbuka, sehingga semua pihak merasa dihargai dan didengar.







