InfoMalangRaya – Sejumlah siswa Sekolah Rakyat di beberapa daerah mengundurkan diri, termasuk di Jember yang mencatat 20 siswa keluar dari program tersebut. Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur (Jatim) Sri Untari Bisowarno buka suara terkait hal tersebut. Untari mendorong dilakukan pendekatan ulang kepada siswa dan keluarganya. Ia menekankan perlunya pendekatan psikososial secara langsung, termasuk keterlibatan RT/RW di wilayah tempat tinggal siswa.
Baca Juga :
Komisi A DPRD Jatim Sebut Layanan MPP Among Warga Layak Direplikasi ke Daerah Lain
“Jadi, harusnya kepala sekolahnya berkomunikasi dengan RT/RW setempat untuk diundang ke sekolah, dimintain bantuan. Ini petugas sekolah juga harus ada yang datang, bersama RT RW-nya juga. Sebelumnya harus dikasih tahu dulu, (Sekolah Rakyat) ini loh barang apik,” katanya, Selasa (5/8/2025). Dengan adanya pendekatan ulang, ia berharap siswa yang mundur dapat kembali mengikuti program Sekolah Rakyat. “Ya mungkin mundur baru sehari, nanti akan dilakukan pendekatan lagi,” ujarnya. Untari memastikan bahwa Komisi E akan terus memantau dan mendalami permasalahan ini, termasuk menjalin komunikasi langsung dengan keluarga siswa yang mundur. “Masalah siswa yang mundur, menurut saya ya harus diajak bicara, parani (datangi) ke rumah, RT RW-nya, permasalahannya itu apa?” ujar penasihat Fraksi PDIP DPRD Jatim ini. Di hadapan awak media, Untari juga langsung bergerak cepat ketika mengetahui kabar adanya siswa Sekolah Rakyat yang mundur. Untari langsung menelepon Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Jatim Restu Novi Widiani untuk menindaklanjuti situasi ini. Program Sekolah Rakyat sendiri, menurut Untari, ditujukan bagi anak-anak dari keluarga dengan kategori miskin ekstrem, masuk dalam desil 1 hingga 5. Program ini dirancang sebagai solusi agar anak-anak tidak kembali ke kehidupan jalanan. “Coba kalau tidak ada yang perhatikan, mereka kembali di jalanan, awaknya dicat, kemudian mereka ngamen. Sebenarnya kan kasihan juga. Mereka kan tidak ingin ada seperti itu di jalanan, maka disekolahkan,” ucapnya.
Baca Juga :
DPRD Kota Malang Soroti Lahan Parkir Minimarket Disewakan untuk UMKM
Ia menyampaikan bahwa program ini tidak hanya menyasar anak-anak jalanan, tetapi juga anak dari keluarga miskin di rumah-rumah yang terdata. “Yang diambil kan tidak hanya dari yang seperti itu, tapi juga yang di rumahnya masing-masing, cuma yang masuk dalam desil satu dan desil dua sampai lima,” jelasnya. Ia pun heran jika ada siswa yang mundur dari program tersebut. Untari juga mempertanyakan alasannya. Ia menduga masalah utamanya bukan fasilitas, melainkan adaptasi sosial di lingkungan asrama. “Kalau ada yang nggak betah di asrama, maka itu butuh yang namanya bimbingan konseling. Ya memang ini kan teman-teman harus tahu ya, karena anak-anak kita ini mungkin adalah anak-anak yang belum terbiasa hidup dengan aturan,” jelasnya. Selain itu, kemungkinan lain adalah karena beberapa siswa terpengaruh oleh narasi negatif dari lingkungan luar. “Bisa jadi dia kena ‘kompor-kompor’. Dia terprovokasi yang nggak positif, ketakutan,” tambah Untari. Untari juga mengingatkan pentingnya dukungan masyarakat terhadap langkah pemerintah. “Kalau ini tidak dilakukan, siapa yang nolong? Jadi kalau pemerintah sekarang sedang melakukan tindakan ini, ya perlu dukungan menurut saya, biar anak-anak ini tidak kembali lagi ke jalan,” ujarnya.