SEORANG siswa bernama Angga Bagus Perwira yang duduk di kelas VII SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dinyatakan meninggal diduga karena di-bully teman sekelasnya pada Sabtu, 11 Oktober 2025. Angga ditengarai menjadi korban perundungan dari teman sekelasnya yang berinisial AAN.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengatakan polisi masih menyelidiki penyebab kematian Angga. “Masalah di Geyer, masih dalam penyelidikan pihak berwajib, Polres Grobogan,” kata dia saat dihubungi pada Senin, 13 Oktober 2025.
Mu’ti enggan merincikan kronologi kejadian tersebut. Berdasarkan dokumen berita acara yang diperoleh Tempo dari sumber di Kemendikdasmen, Angga disebutkan berkelahi dengan ANN di sekolah pada pukul 11.10 WIB, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Pertikaian itu dilerai oleh siswa yang menyaksikan kejadian. Dalam berita acara, tidak ada keterangan yang menuliskan bahwa perkelahian tersebut dihentikan oleh guru SMP N 1 Geyer.
Menurut Mu’ti, perundungan yang dialami oleh Angga terjadi saat jam istirahat. “Dalam beberapa kasus, perundungan dalam berbagai bentuk terjadi waktu istirahat. Hal yang sama juga terjadi di Geyer, Grobogan. Hal demikian menunjukkan lemah atau tidak adanya pengawasan guru pada jam istirahat,” ujar dia.
Ke depan, kata Mu’ti, kementerian akan lebih mempertegas pelaksanaan peraturan menteri yang mewajibkan semua guru untuk menjadi guru wali yang mendampingi dan membina pada murid.
Ia menekankan, Kemendikdasmen bakal memberi instruksi yang tegas agar guru bisa mencegah perundungan di jam-jam yang minim pengawasan. “(Kami minta) kepala sekolah dan para guru agar tetap mengawasi kegiatan murid pada saat jam istirahat,” ujar dia.
Adapun berita acara disusun oleh sekolah dan ditandatangani oleh Kepala SMP N 1 Geyer, Sukatno. Dalam berita acara disebutkan bahwa mula-mula Angga lebih dulu menantang siswa berinisial AAN untuk berkelahi di lingkungan sekolah pada pukul 11.10 WIB, Sabtu, 11 Oktober 2025.
AAN menerima tantangan dari Angga dan terjadilah perkelahian dengan tangan kosong. Beberapa siswa lantas melerai pertikaian tersebut. Kemudian, disebutkan bahwa setelah itu, Angga hendak masuk ruang kelas.
Namun, sebelum sampai di pintu kelas, dia terpeleset dan kepalanya terbentur lantai lalu mengalami kejang-kejang. “Korban dibawa ke UKS oleh pelaku dan teman-temannya dan kemudian pihak sekolah menghubungi Puskesmas Geyer I untuk mendapatkan pertolongan,” demikian tertulis dalam berita acara Nomor:400/3.6.1/300/2025.
Dokter di Puskesmas tersebut menyatakan Angga telah meninggal di tempat tanpa ada tanda-tanda luka fisik di badan. Lantas, keluarga Angga meminta visum untuk memastikan penyebab kematian dengan membawa jenazah ke RSUD Dr. RM Soedjati Soemodiardjo Purwodadi.
Kepala SMP disebut langsung membuat laporan ke Polres Grobogan. Di hari yang sama polisi melakukan pemeriksaan dan olah TKP. Kejadian ini telah ditindaklanjuti dengan melaporkan kepada dinas pendidikan setempat.
Dalam berita acara yang dibuat pada tanggal 11 Oktober lalu, pihak sekolah menyebut bahwa penyebab kematian korban belum dapat dipastikan. “Masih menunggu hasil pemeriksaan dari RSUD,” dikutip dari berita acara tersebut.
Sekolah pun berencana untuk memberikan perlindungan dan pendampingan psikologis bagi terduga pelaku perundungan serta saksi mata kejadian. Saat ini Tempo belum bisa menghubungi pihak SMP N 1 Geger maupun Polres Grobogan.