Bantuan Chromebook yang Tidak Maksimal di SLB BC PGRI Sumberpucung
SLB BC PGRI Sumberpucung, yang berada di Kabupaten Malang, menerima bantuan perangkat teknologi dari pihak terkait. Dalam bantuan tersebut, sekolah mendapatkan empat unit Chromebook. Sayangnya, tidak semua perangkat tersebut berfungsi secara optimal.
Prodi Trimahendra, seorang guru di sekolah tersebut, mengungkapkan bahwa sekolahnya sudah menerima bantuan ini selama lebih dari dua tahun. Saat itu, ia sendiri turut serta dalam penerimaan bantuan bersama kepala sekolah sebelumnya. Selain Chromebook, ada juga peralatan tambahan seperti printer, LCD, dan sound kecil.
Namun, dari empat Chromebook yang diterima, hanya dua unit yang masih bisa digunakan hingga saat ini. Kondisi kedua perangkat tersebut sangat lambat atau lemot. Menurut Hendra, setiap kali menyalakan Chromebook tersebut, membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk bisa berjalan normal.
Sementara itu, dua unit lainnya telah sepenuhnya mati. Salah satunya rusak sejak pertama kali dinyalakan. Awalnya, perangkat tersebut bisa menyala, namun setelah dimatikan, tidak bisa dinyalakan kembali. Satu unit lainnya mati setelah digunakan selama tiga bulan.
Sekolah sudah mencoba untuk melakukan servis pada dua Chromebook merek Advan tersebut. Sayangnya, setelah dicek oleh teknisi, kondisi perangkat ini tidak bisa diperbaiki. Kini, dua perangkat tersebut masih disimpan dengan rapi di lemari sekolah. Meskipun kondisinya tampak baik dan tidak ada tanda-tanda kerusakan bekas pemakaian, perangkat tersebut tidak dapat dinyalakan.
Ketika charger dicolokkan, lampu indikator menyala, tetapi saat tombol on/off ditekan, Chromebook tersebut tidak merespon sama sekali. Sementara itu, dua unit yang masih berfungsi digunakan oleh guru-guru untuk administrasi dan membuat materi pembelajaran. Namun, perangkat ini tidak cocok digunakan untuk membuka aplikasi berat.
Hendra menjelaskan bahwa bahkan untuk mengetik menggunakan aplikasi Word, ia harus menunggu sekitar 30 menit. Ia juga pernah mencoba menggunakan Chromebook tersebut untuk pembelajaran anak-anak, tetapi karena keterbatasan performa, penggunaannya tidak maksimal.
Akibatnya, Hendra harus menyediakan laptop cadangan milik pribadi sebagai alternatif. Hal ini dilakukan agar jika Chromebook terlalu lambat atau tidak berfungsi, ia tetap bisa melanjutkan pekerjaannya tanpa gangguan. Meski demikian, situasi ini menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan belum sepenuhnya efektif dan memenuhi kebutuhan sekolah.