Kota Malang,IMR- Di Indonesia masih banyak orang yang menggemari kopi yang penyajiannya masih tradisional, kopi tubruk misalnya. Siapa yang tak kenal kopi tubruk. Kopi yang bisa diseduh sendiri di rumah atau bisa dinikmati di warung-warung kopi dari Sabang sampai Merauke itu memiliki cita rasa yang khas. Para pecinta kopi pasti pernah merasakan sensasi kopi tubruk bahkan menjadi rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan.
Namun, ada yang unik dengan penyajian kopi di Typika Roasters. Tempat ngopi yang beralamatkan di Jl. Puncak Tidar VE 2 No 2A, Kota Malang itu menjanjikan jenis minuman kopi yang diseduh dengan cara manual. Anda tidak akan menemukan kopi instant yang cepat dan praktis disini. Pecinta kopi akan dimanjakan dengan wedang kopi original yang terbuat dari biji kopi pilihan dengan proses yang bisa dibilang sulit.
Sofyan Edi Jarwoko, Wakil Walikota Malang adalah salah satu pecinta kopi yang rela menunggu proses “ritual” menyeduh kopi ala Typika Roasters yang menggunakan metode manual brewing yaitu dengan menuangkan air panas ke atas gilingan biji kopi menggunakan penyaring. Pada teknik ini “brew time” atau waktu seduh sangat mempengaruhi cita rasa kopi.
“Ternyata proses menyeduh kopi tidak sesimpel yang saya bayangkan. Membutuhkan wawasan, keahlian serta sense of art yang tinggi. Harus paham pemilihan biji kopi mana yang memiliki karakteristik earthy, bitter atau body. Ada juga biji kopi yang memiliki karakteristik fruity dan sweetness.”, tutur Bung Edi (sapaan akrab) yang hadir dalam Event Battle Fun Pentagon Brewing yang digagas oleh Typika Roasters.
Walaupun manual brew coffee sering kali ditemukan pada deretan menu di kedai kopi kekinian, namun tak banyak yang tahu jika kopi yang dihasilkan dari teknik brewing ini memiliki metode khusus untuk meminumnya. “Ngopi dengan wawasan tentang kopi yang cukup akan berbeda nuansanya dengan ngopi biasa. Selain kita bisa memilih beans-nya (biji kopi-red) kita juga dapat menentukan pouringnya mau yang fruity atau yang lainnya.”, kata Bung Edi yang juga seorang pemerhati kopi yang peduli pada kesejahteraan petani kopi.
“Para petani kopi harus diedukasi tentang berbagai experience dan empirical science yang ada pada proses menyeduh kopi, karena penentu kualitas biji kopi adalah dari petani. Mulai dari proses tanam, petik, sehingga menjadi produk siap jual yang diminati pasar itu harus match atau cocok. Sehingga biji kopi yang dihasilkan, adalah komoditas yang dibutuhkan oleh pasar.”, ungkapnya. Selasa,24/1/2023
Dalam kesempatan itu, Bung Edi juga menyampaikan bahwa kopi memiliki potensi yang sangat besar. Menurutnya, seiring berkembangnya industri pengolahan kopi harus berdampak pada kesejahteraan petani kopi. “Malang ini potensial, selain punya pasar yang besar juga didukung oleh ketersediaan bahan bakunya. Jadi memang harus ada upaya yang serius untuk meningkatkan nilai tambah dan kapasitas produksi karena Malang sebagai produsen kopi yang besar, juga memiliki konsumen kopi yang tidak sedikit.”, tegasnya.
Ditempat yang sama, Direktur Jawa Timur Park Group, Suryo Widodo juga mengamini apa yang disampaikan oleh Bung Edi. Suryo mengaku mendukung acara Event Battle Fun Pentagon Brewing yang diselenggarakan oleh Typika Roasters itu untuk memotivasi para pembuat kopi agar dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen sehingga konsumen tahu histori kopi dan manfaatnya. “Kita hadir untuk mensupport karena kopi itu identik sebagai minuman rakyat sedangkan banyak yang tidak tahu bagaimana cara menikmati kopi yang berkualitas.”, katanya.
Lanjut, Suryo menganalogikan bahwa kopi memiliki ekualitas dengan aktifitas berolahraga yang menyehatkan. Menurutnya, kopi yang diolah dengan baik dan benar juga memiliki manfaat yang dibutuhkan oleh tubuh. “Seperti olahraga lari yang bisa dilakukan oleh semua orang, minum kopi juga harusnya begitu. Kopi dapat meningkatkan energi, menurunkan resiko terserang penyakit dan bagus untuk menjaga keseimbangan berat badan, jadi masyarakat yang awam wajib tahu ini.”, ucap pria yang gemar kopi hitam ini.
Dalam kejuaraan battle brewing yang berhadiah puluhan juta rupiah itu, Suryo juga berharap dari tantangan menyeduh kopi ini dapat menghasilkan minuman yang berkelas, dengan aroma yang khas dan citarasa yang berkualitas.
Adalah Pramiga Aditya, penggagas battle brewing yang diselenggarakan di kedai kopi miliknya, Typika Roaster. Adit, demikian dia biasa disapa, menjadi salah satu judges yang bertugas menilai hasil kreasi racikan para peserta yang meliputi aroma kopi, aftertaste, balance, hingga flavor untuk menetukan pemenangnya. “Selain battle, acara ini memang dirancang untuk men-develope knowledge sumber daya manusia yang mempunyai minat khusus pada kopi, terutama para pembuat kopi dan penikmat kopi.”, sebutnya. Sebagai pemerhati kopi, Aditya menjelaskan bahwa Malang memiliki potensi bahan baku yang sangat besar. “Iya Malang memang memiliki potensi yang besar. Dan hal tersebut perlu terus dikembangkan agar menghasilkan produk olahan yang bernilai tambah tinggi, termasuk untuk memenuhi pasar.”, ungkapnya serius.
Lanjut, “Nah sehubungan dengan potensi itu, perlu kiranya para pelaku industri ini diberikan stimulus agar kompeten dan mampu bersaing. Acara battle ini sendiri bertujuan untuk menumbuhkan kualitas sumberdaya manusia di sektor industri kopi di Indonesia, terlebih khususnya di Malang yang kita cintai ini.”, pungkas owner Typika Roaster lulusan pascasarjana Intitut Pertanian Bogor itu. Dalam acara di tempat yang sama, diluncurkan biji kopi berkualitas yang menjadi produk minuman unggulan, yakni Ethiopia Buku Sayisa dan Herera Gesha.
Penulis : Dyah Arum Sari
Foto. : Rudi Harianto