Infomalangraya – MALANG KOTA – Pada era kolonial Belanda, pemerintah mengendalikan banjir melalui bozem (waduk penampung limpahan air). Namun dengan beralih fungsinya bozem menjadi permukiman, lahan resapan air menjadi semakin minim.
Untuk mengatasi persoalan ini, Guru Besar Teknik Perairan Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Ir Muhammad Bisri MS mengatakan, perlu mengombinasikan drainase dengan sumur injeksi. Karena itu, pemerintah menyusun master plan drainase.
Mengacu master plan yang disusun pemkot bersama tim ahli, ada lima kawasan yang menjadi prioritas pembangunan drainase. Di antaranya Jalan Soekarno-Hatta, kawasan Dieng, dan Bareng. “Lima kawasan itu menjadi prioritas karena banjir yang terjadi di sana cukup besar,” ujar Bisri.
Berdasar informasi yang dia terima, kini pemkot sudah mulai melakukan kombinasi antara saluran drainase dan sumur injeksi di salah satu daerah mikro. Sebelumnya, lanjut Bisri, sistem seperti ini hanya diterapkan di kampungnya yang berlokasi di Penanggungan, Kecamatan Klojen. ”Hasilnya cukup efektif (mencegah banjir), meski belum maksimal. Di kampung lain, saran saya perlu diterapkan. Misalnya di Bareng dan Kasin,” kata dia.
”Sistem tersebut pun juga mulai diadaptasi DPUPRPKP (dinas pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan dan kawasan permukiman),” tambah mantan Rektor Universitas Brawijaya (UB) tersebut.
Di samping saluran drainase, menurut Bisri, pemkot juga perlu melakukan upaya lain untuk mencegah banjir. Seperti mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Di samping itu, dia mengatakan, tata ruang kota sebaiknya tidak rigid. ”Artinya, jangan gampang alih fungsi lahan. Sebab, ini bisa semakin memicu banjir. Sekarang saja lahan yang tersisa hanya di Kedungkandang,” pungkas pakar pengairan itu. (mel/dan)