Nasib Pilu Seorang Lansia yang Dititipkan ke Panti Jompo
Seorang lansia bernama Fatimah asal Surabaya kini menjadi sorotan publik setelah nasibnya viral di media sosial. Ia dititipkan oleh anak kandungnya ke sebuah panti jompo, mengundang banyak simpati dari warga net. Kisah ini pertama kali dibagikan oleh Ketua Yayasan Griya Lansia, Arief Camra, melalui akun media sosialnya.
Dalam video berdurasi kurang dari lima menit, Arief membagikan proses penjemputan Fatimah. Ia menyampaikan bahwa hari itu, Selasa, 15 Juli 2025, terjadi serah terima ibu secara total ke griya lansia oleh empat anak kandungnya. Video tersebut mencuri perhatian dan membuat banyak orang merasa prihatin dengan kondisi Fatimah.
Arief menjemput Fatimah di Pabean Cantian, Surabaya. Di sana, ia bertemu dengan Lukman Arif, anak kedua Fatimah yang berusia 39 tahun. Arief menanyakan apakah keputusan untuk menitipkan ibunya sudah bulat. “Dari cerita, kamu kan 4 bersaudara, masa tidak ada yang mau merawat ibumu?” tanya Arief.
Lukman menjawab bahwa sebenarnya ada yang bersedia, namun kondisinya saat ini sedang tidak memiliki rumah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga Fatimah sedang dalam situasi sulit, baik secara finansial maupun secara emosional.
Griya Lansia yang dikelola oleh Arief khusus menerima lansia yang sebatang kara atau tidak memiliki keluarga. Namun, mediasi antara anak-anak Fatimah tidak berjalan lancar. Mereka saling melempar tanggung jawab tanpa kesepakatan yang jelas.
Arief kemudian menyatakan siap merawat Fatimah dengan syarat serah terima total. Ia menegaskan bahwa anak-anak Fatimah tidak boleh mengunjungi atau mendapatkan informasi jika sang ibu meninggal. Syarat ini disetujui oleh Lukman, yang hanya mengangguk pasrah dan mengucapkan “Setuju.”
Arief juga memberikan penjelasan tentang konsekuensi dari serah terima total. Ia menjelaskan bahwa aktivitas di Griya Lansia bersifat terbuka, termasuk proses penjemputan, perawatan hingga penguburan. Dengan demikian, semua langkah yang dilakukan akan dipublikasikan di media sosial.
“Jadi kalau misal nanti ramai, masnya nggak boleh protes, karena ini tidak ada titik temu, daripada mbahnya (Fatimah) nggak ada yang rawat, deal ya?” tanya Arief. Lukman pun menyetujui dengan ucapan “Deal,” dan mereka berjabat tangan.
Kisah ini menunjukkan kompleksitas dalam masalah perawatan lansia di tengah keluarga. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan seorang anak untuk menitipkan orang tua ke panti jompo, mulai dari kondisi finansial hingga kesibukan. Meskipun begitu, kasus seperti ini tetap memicu perhatian publik dan mengingatkan kita betapa pentingnya dukungan emosional dan finansial dalam merawat orang tua.
Beberapa hal yang bisa diambil dari kisah ini adalah:
- Pentingnya komunikasi yang baik antar anggota keluarga dalam menghadapi isu perawatan lansia.
- Kehadiran lembaga atau yayasan yang dapat menjadi solusi ketika keluarga tidak mampu merawat orang tua.
- Perlu adanya kesadaran kolektif masyarakat untuk mendukung lansia, baik secara emosional maupun material.
- Keberadaan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan informasi dan mengundang perhatian publik terhadap isu-isu sosial.
Kisah Fatimah bukan hanya tentang nasib seorang lansia, tetapi juga menjadi refleksi bagi masyarakat tentang tanggung jawab dalam merawat orang tua. Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, isu ini harus terus diangkat agar solusi yang lebih efektif dapat ditemukan.