InfoMalangRaya.com– Taliban meminta sektor swasta Afghanistan untuk membantu orang-orang yang melarikan diri dari upaya deportasi massal di Pakistan.
Pakistan menangkap dan mengusir orang asing yang dianggapnya pendatang ilegal. Kebijakan ini sangat berdampak pada migran Afghanistan karena mereka adalah kelompok orang asing tidak berdokumen terbesar di negara tersebut.
Warga Afghanistan yang diusir secara paksa dari Pakistan menghadapi situasi terburuk dalam hidup mereka, tanpa adanya peluang (untuk kehidupan lebih baik), kata Kementerian Perdagangan Afghanistan.
Afghanistan dilanda berbagai kesulitan, termasuk kekeringan selama bertahun-tahun, ekonomi yang nyaris lumpuh, dan dampak perang selama puluhan tahun. Jutaan orang telah menjadi pengungsi internal, sehingga kepulangan jutaan migran dari Pakistan secara hampir serentak pastinya akan sangat menyulitkan.
“Kementerian mengundang sektor swasta untuk mengambil tindakan guna bencana kemanusiaan besar yang disebabkan oleh migrasi paksa ratusan ribu orang miskin dan dhuafa. Adalah ajaran Islam yang menuntut warga Afghanistan untuk membela saudara senegaranya.”
Akun media sosial Taliban menunjukkan para pejabat senior di perbatasan Torkham, di Provinsi Nangarhar di bagian timur dekat perbatasan Pakistan, berjabat tangan dengan warga Afghanistan yang kembali ke negara asalnya. Kamp-kamp sementara yang didirikan menyediakan makanan, tempat bernaung, dan layanan kesehatan, menurut otoritas Taliban hari Sabtu (4/11/2023) seperti dilansir Associated Press.
Sebanyak 250.000 warga Afghanistan meninggalkan Pakistan sebelum batas waktu 31 Oktober, tenggat akhir yang diberikan bagi migran untuk meninggalkan Pakistan secara sukarela. Puluhan ribu orang bergerak menuju ke daerah-daerah perbatasan karena takut ditangkap karena petugas keamanan Pakistan melakukan pemeriksaan dari pintu ke pintu untuk mencari para pendatang ilegal alias tidak berdokumen.
Organisasi-organisasi kemanusiaan, yang turun ke daerah perbatasan untuk memberikan bantuan, menggambarkan situasinya sangat kacau.
Sejumlah orang yang kembali ke Afghanistan mengatakan kepada Save the Children bahwa mereka tidak memiliki tempat tinggal, tidak punya uang untuk membeli makanan dan ongkos atau menyewa kendaraan untuk mencapai pintu perbatasan.
Pada hari Jumat, tokoh senior Taliban kembali mengecam Pakistan atas kebijakan anti-migran mereka. Taliban menyebut kebijakan tersebut kejam dan sepihak. Merka menuntut agar warga Afghanistan diperlakukan dengan hormat dan bermartabat.
Penjabat menteri pertahanan Taliban di Kabul, Muhammad Yaqoob Mujahid, mengeluarkan peringatan kepada Pakistan.
“Pakistan harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya dan menuai apa yang mereka tabur,” katanya.
“Apa yang terjadi saat ini akan berdampak negatif pada hubungan kedua negara,” tegasnya.
Pakistan mengatakan tidak sedikit warga Afghanistan terlibat dalam aksi serangan bunuh diri di negara tersebut dan menuduh Taliban menyembunyikan militan. Taliban membantah tuduhan tersebut.*